Osteoatritis


Osteoartritis (OA) adalah sekelompok penyakit yang tumpang tindih dengan etiologi yang berbeda-beda, namun mengakibatkan kelainan bilologis, morfologis dan keluaran klinis yang sama. Proses penyakitnya tidak hanya mengenai rawan sendi namun juga mengenai seluruh sendi, termasuk tulang subkondral, ligamentum, kapsul dan jaringan sinovial serta jaringan ikat periartikular. Pada stadium lanjut rawan sendi mengalami kerusakan yang ditandai dengan adanya fibrilasi, fisura dan ulserasi yang dalam pada permukaan sendi.
Walaupun saat ini OA tidak lagi dianggap penyakit degeneratif, namun karena usia merupakan salah satu faktor risikonya, maka dapat dipahami jika makin bertambah usia, makin tinggi kemungkinan untuk terkena OA. Seiring dengan meningkatnya usia harapan hidup, menurut WHO pada tahun 2025 populasi usia lanjut di Indonesia akan meningkat 414% dibanding tahun 1990. Dengan demikian OA akan semakin banyak ditemukan dalam praktek dokter sehari-hari. OA paling sering mengenai lutut, panggul, tulang belakang dan pergelangan kaki. Setelah usia 60 tahun hampir 100% menalami perubahan histologis rawan sendi lutut. Secara radiologik pada kelompok usia tersebut 80% diantaranya menunjukkan gambaran yang sesuai dengan OA, sekitar 40% dengan simptom artritis dan sekitar 10% mengalami disabilitas karena OA nya.
Di Indonesia prevalensi OA lutut yang tampak secara radiologik mencapai 15,5% pada pria dan 12,7% pada wanita yang berumur antara 40-60 tahun. Penelitian di Bandung menunjukkan bahwa OA merupakan 69% dari keseluruhan kasus reumatik yang ditangani di poliklinik. Enampuluh sembilan persen diantaranya adalah penderita wanita dan kebanyakan merupakan OA lutut (87%).
Pemahaman yang lebih baik mengenai patogenesis OA akhir-akhir ini diperoleh antara lain berkat meningkatnya pengetahuan mengenai biokimia dan biologi molekuler rawan sendi. Dengan demikian diharapkan kita dapat mengelola pasien OA dengan lebih tepat dan lebih aman.
Pengeloaan OA baik secara non farmakologik dan farmakologik yang semula hanya ditujukan untuk mengurangi rasa nyeri, memperbaiki fungsi dan kwalitas hidup; saat ini diharapkan dapat pula memodifikasi perjalanan penyakit bahkan mungkin mencegah terjadinya OA dengan pemberian disease-modifying drugs untuk OA (DMOADs). Namun demikian masih perlu pembuktikan bahwa penghambatan progresivitas penyakit tersebut seiring dengan berkurangnya nyeri, perbaikan mobilitas, dan berkurangnya tindakan operatif. Saat ini di kelompok NSAIDs telah lebih banyak pilihan yang dapat disesuaikan dengan kondisi penderita dengan tersedianya anti inflamasi yang lebih selektif penghambatannya terhadap enzim COX-2.
Dilain pihak perlu pula diketahui bahwa penyebab nyeri yang terjadi bersifat multifaktorial. Nyeri dapat bersumber dari regangan serabut syaraf periosteum, hipertensi intra-osseous, regangan kapsul sendi, hipertensi intra-artikular, regangan ligament, mikrofraktur tulang subkondral, entesopati, bursitis dan spasme otot. Dengan demikian penting difahami, bahwa walaupun belum ada obat yang dapat menyembuhkan OA saat ini.

DEFINISI

Osteoatritis (OA) merupakan suatu penyakit sendi menahun yang ditandai oleh adanya kelainan pada tulang rawan (kartilago) sendi dan tulang di dekatnya. Tulang rawan (kartilago) adalah bagian dari sendi yang melapisi ujung dari tulang, yang memudahkan pergerakan dari sendi. Kelainan pada kartilago dapat menyebabkan tulang bergesekan satu sama lain, yang menyebakan kekakuan, nyeri dan pembatasan gerakan pada sendi. Osteoartritis dapat menyerang sendi tangan, kaki, tulang belakang dan sendi penumpu berat badan seperti panggul dan lutut.

KLASIFIKASI OSTEOATRITIS
Osteoarthritis terbagi atas 2 bagian:
1.      Osteoarthritis primer adalah degeneratif artikular sendi yang terjadi pada sendi tanpa adanya abnomalitas lain pada tubuh. Penyakit ini sering menyerang sendi penahan beban tubuh (weight bearing joint), atau tekanan yang normal pada sendi dan kerusakan akibat proses penuaan. Paling sering terjadi pada sendi lutut dan sendi panggul, tapi ini juga ditemukan pada sendi lumbal, sendi jari tangan, dan jari I pada kaki.
2.      Osteoarthritis sekunder adalah paling sering terjadi pada trauma atau terjadi akibat dari suatu pekerjaan, atau dapat pula terjadi kongenital dan adanya penyakit sistemik. Osteoarthritis sekunder biasanya terjadi pada umur yang lebih awal dari osteoarthritis primer.
ETIOLOGI
            Selama ini osteoartritis sering dipandang sebagai akibat dari suatu proses ketuaan yang tidak dapat dihindari. Para pakar yang meneliti penyakit ini sekarang berpendapat bahwa osteoartritis ternyata merupakan penyakit gangguan homeostasis dari metabolisme kartilago dengan kerusakan struktur proteoglikan kartilago yang penyebabnya belum jelas diketahui.
Jejas mekanis dan kimiawi pada sinovia sendi yang terjadi multifaktorial antara lain karena faktor umur, stres mekanis atau penggunaan sendi yang berlebihan, defek anatomik, obesitas, genetik, humoral dan faktor kebudayaan. Jejas mekanis dan kimiawi ini diduga merupakan faktor penting yang merangsang terbentuknya molekul abnormal dan produk degradasi kartilago didalam cairan sinovial sendi yang mengakibatkan terjadi inflamasi sendi, kerusakan khondrosit dan nyeri.
FAKTOR-FAKTOR RESIKO OSTEOATRITIS
            Secara garis besar faktor resiko untuk timbulnya Osteoatritis (OA) seperti di bawah ini. Harus diingat bahwa masing-masing sendi mempunyai biomekanik, cedera dan persentase, gangguan yang berbeda, sehingga peran fator-faktor resiko tersebut untuk masing-masing OA tertentu berbeda.
1.      Umur
Faktor ketuaan merupakan factor resiko yang terkuat untuk timbulnya osteoatritis (OA). Prevalensi dan beratnya OA semakin meningkat dengan bertambahnya umur. OA hamper tak pernah pada anak-anak, jarang pada umur di bawah 40 tahun, dan sering pada umur 60 tahun.
2.      Jenis kelamin
Wanita lebih sering terkena OA lutut dan OA banyak sendidan lelaki lebih sering terkena OA paha, pergelang tangan, dan leher. Secara keseluruhan di bawah 45 tahun frekuensi OA kurang lebih sama pada laki-laki dan wanita, tetapi pada di atas 50 tahun (setelah menopause) frekuensi OA lebih banyak pada wanita daripada pria.
3.      Suku bangsa
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada OA nampaknya terdapat perbedaan di antara masing-masing suku bangsa. Misalnya OA paha lebih jarang di antara orang-orang kulit hitam dan Asia daripada kaukasia. OA lebih sering dijumpai pada orang-orang Amerika asli (Indian) daripada orang-orang kulit putih. Hal berkaitan dengan cara hidup maupun perbedaan pada frekuensi kelainan congenital dan pertumbuhan.
4.      Genetik
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya OA misalnya pada ibu dari seorang wanita dengan OA pada sendi-sendi interfalang distal (nodus heberden) terdapat 2 kali lebih sering OA pada sendi-sendi tersebut dan anak-anakya perempuan cendrung mempunyai 3 kali lebih sering.
5.      Kegemukan dan penyakit metabolic
Berat badan yang berlebihan berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk timbulnya OA baik pada wanita dan pria. Kegemukan tidak hanya berkaitan dengan OA pada sendi dan yang menanggung beban, tapi juga dengan OA sendi lain (tangan atas sternoklavikula). Peran factor metabolik dan hormonal pada kaitanantara OA dan kegemukan juga disokong oleh adanya kaitan antara OA dengan PJK, diabetes militus, dan hipertensi.
6.      Kelainan pertumbuhan
Kelainan congenital dan pertumbuhan paha (misalnya penyakit perthes dan dislokasi congenital paha) telah dikaitkan dengan timbulnya OA paha pada usia muda.
7.      Cedera sendi (trauma), pekerjaan dan olah raga.
Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian suatu sendi yang terus-menerus, berkaitan dengan peningkatan resiko osteoartritis. Demikian juga cedera sendi dan olah raga yang sering menimbulkan cedera sendi berkaitan resiko osteoartritis yang lebih tinggi.
GEJALA KLINIS
            Osteoartritis merupakan proses yang kompleks dan heterogen yang terjadi akibat interaksi faktor konstitusional dan lingkungan. Hal ini yang menyebabkan manifestasi klinis osteoartritis sangat bervariasi dalam hal onset, pola sendi yang terkena dan beratnya penyakit.
1.      Nyeri sendi.
Nyeri senddi merupakan keluhan utama yang membawa penderita berobat, walaupun mungkin terlebih dahulu penderita telah mengalami kaku sendi dan deformitas. Nyeri bertambah saat beraktifitas dan berkurang saat istirahat.
2.      Kaku sendi.
Dirasakan setelah lama berada pada satu posisi tertentu, seperti duduk lama dikursi, di mobil atau bangun tidur. Berlangsung kurang dari 30 menit.
3.      Hambatan gerak sendi.
Pada osteoartritis sedang sampai berat haambatan gerak disebabkan oleh nyeri, inflamasi, flesi menetap, kelainan sendi atau deformitas. Dirasakan saat perubahan posisi seperti berdiri dari kursi, bangun dari tempat tidur atau berjalan.
4.      Krepitus
Sendi berbunyi kalau digerakkan, terdengar lebih kasar dibanding dengan pada artritis rematoid. Krepitus kasar dan jelas terdengar mempunyai nilai diagnostik bermakna.
5.      Pembengkakan sendi
Pembengkakan sendi disebabkan sinovitis dengan evusi, cairan sinavial, namun jarang disertai kalor dan rubor sekitar sendi.
PATOFISIOLOGI
Osteoartritis ditandai dengan fase hipertrofi kartilago yang berhubungan dengan suatu peningkatan terbatas dari sintesis matriks makromalekul oleh khondrosit sebagai kompensasi perbaikan. Osteoartritis terjadi sebagai hasil kombinasi antara degradasi rawan sendi, remodeling tulang dan inflamasi cairan sendi. Beberapa penelitian membuktikan bahwa rawan sendi dapat melakukan perbaikan sendiri dimana khondrosit akan mengalami replikasi dan memproduksi matriks baru. Proses perbaikan ini dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan suatu polipeptida yang mengontrol proliferasi sel dan membantu komunikasi antar sel. Faktor ini menginduksi khondrosit untuk mensitesis protein seperti kolagen serta proteoglikan. Peningkatan degradasi kolagen akan mengubah keseimbangan metabolisme rawan sendi. Kelebihan hasil degtadasi matriks rawan sendi ini cenderung berakumulasi di sendi dan menghambat fungsi rawan sendi serta mengawali suatu respon imun yang menyebabkan inflamasi sendi.
Pada rawan sendi pasien osteoartritis juga terjadi proses peningkatan aktifitas fibrinogenik dan penurunan aktifitas fibrinolitik. Proses ini menyebabkan terjadinya penumpukan trombus dan kompleks lipid pada pembuluh darah subkhondral yang menyebabkan terjadinya iskemia dan nekrosis jaringan subkhondral tersebut. Ini mengakibatkan dilepaskannya mediator kimiawi seperti prostaglandin dan interleukin yang selanjutnya menimbulkan bone angina lewat subkhondral yang diketahui mengandung ujung saaraf sensibel yang dapat mengantarkan rasa sakit. Penyebab rasa sakit dapat juga berupa akibat dari dilepasnya kinin dan prostaglandin yang menyebabkan radang sendi, peregangan tendo atau ligamentum serta spasmus otot-otot ekstra artikuler akibat kerja yang berlebihan. Sakit sendi juga diakibatkan oleh adanya osteofit yang menekan periosteum dan radiks saraf yang berasal dari medula spinalis.
DIAGNOSIS
Diagnosis dari osteoartritis dapat ditegakan berdasarkan gejala penyakit dan dengan melakukan pemeriksaan tambahan. Pemeriksaan tambahan yang dimaksud dapat berupa :
·         Röntgen tulang
Dengan pemeriksaan ini dapat diketahui kerusakan atau perubahan-perubahan yang terjadi pada tulang rawan atau tulang yang mengindikasikan adanya osteoarthritis.
·         MRI (Magnetic Resonance Imaging).
Pada MRI dapat pula dilihat kelainan-kelainan yang terjadi pada tulang rawan dan tulang dengan detail yang lebih baik daripada pemeriksaan röntgen tulang.
·         Aspirasi sendi (arthrocentesis).
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara mengambil sedikit cairan yang ada di dalam sendi untuk diperiksa di laboratorium berkenaan dengan adanya kelainan pada sendi.
DIAGNOSIS BANDING
Artritis reumatoid merupakan radang yang umumnya menyerang pada sendi-sendi tangan dan kaki, yang semakin lama semakin bertambah berat sakitnya.
Gejalanya
1.      Kedua tangan terasa kaku pada pagi hari lebih dari setengah jam.
2.      Tidak enak badan, kaku dan nyeri pada sendi, bengkak, semu merah dan terasa hangat.
Etiologi
Dapat berasal dari faktor genetik atau faktor resiko lingkungan tertentu yang dapat menyebabkan kekacauan daya tahan tubuh atau gangguan autoimun. Gangguan autoimun dapat menyebabkan gangguan Artritis Reumatoid.
Periksaan labolatorium
Osteoatritis adalah gangguan atritis local, sehingga tidak ada pemeriksaan darah khusus untuk menegakan diagnosis. Uji labolatorium adakalanya dipakai untuk menyingkirkan bentuk-bentuk arthritis lainnya. Factor rheumatoid bisa ditemukan dalam serum, karena factor ini meningkat secara normal pada peningkatan usia. Laju endap darah eritrosit mungkin akan sedikit meningkat apabila ada sinovitis yang luas.
TERAPI
Sampai saat ini masih belum ditemukan obat yang dapat menyembuhkan osteoartritis hingga tuntas. Pengobatan yang ada hingga saat ini hanya berfungsi untuk mengurangi nyeri dan mempertahankan fungsi dari sendi yang terkena. Ada tiga tujuan utama yang ingin dicapai dalam proses terapi osteoartritis, yaitu untuk mengontrol nyeri dan gejala lainya, untuk mengatasi gangguan pada aktivitas sehari-hari, dan untuk menghambat proses penyakit.
Pilihan pengobatan dapat olahraga, kontrol berat badan, perlindungan sendi, terapi fisik, dan obat-obatan. Bila semua pilihan terapi tersebut tidak memberikan hasil, dapat dipertimbangkan untuk dilakukan tindakan operasi pada sendi yang terkena.
1.      Terapi farmkologi
a.      Glucosamine dan Chondroitine Sulfate.
Glucosamine merupakan suatu gula amino yang berfungsi untuk pembentukan dan perbaikan kartilago. Chondroitin sulfate merupakan bagian dari molekul protein besar (proteoglycan) yang memberikan elastisitas dari kartilago. Studi menunjukkan bahwa penderita osteoartritis yang mengonsumsi suplemen glucosamine dan chondroitin sulfate mengalami pengurangan rasa nyeri dalam intensitas yang sama seperti bila seseorang mengonsumsi obat AINS (Anti Inflamasi Non-Steroid). Selain itu kedua zat tersebut juga dipercaya dapat memperlambat kerusakan kartilago pada pederita osteoartritis.
b.      Medikamentosa
Tidak ada pengobatan medikamentosa yang spesifik, hanya bersifat simpotamatik. Obat anti inflamasi nonsteroid(OAINS) bekerja hanya sebagai analgesic dan mengurangi peradangan, tidak mampu menghentikan proses patologis. Analgesic yang dapat dipakai adalah dosis 2,6-4,9 g/hari atau profoksifen HCL. Asam salisilat juga cukup efektif namun perhatikan efek samping pada saluran cerna dan ginja. Jika tidak berpengaruh, atau tidak dapat peradangan maka OAINS seperti fenofrofin, piroksikam, ibuprofen dapat digunakan. Dosis untuk osteoarthritis biasanya ½-1/3 dosis penuh untuk arthritis rematoid. Karena pemakaian biasanya untuk jangka panjang, efek samping utama adalahganggauan mukosa lambung dan gangguan faal ginjal.
2.      Terapi non farmakologis
a.       Perlindungan sendi dengan koreksi posturtubuh yang buruk, penyangga untuk lordosis lumbal, menghindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit , dan pemakaian alat-alat untuk meringankan kerja sendi.
b.      Diet untuk menurunkan berat badan dapat mengurangi timbulnya keluhan.
c.       Dukungan psikososial.
d.      Persoalaan seksual pada pasien dengan osteoarthritis ditulang belakang.
e.       Fisioterapi dengan pemakaian panas dan dingin serta program latihan yang tepat.
f.       Terapi konservatif mencakup penggunaan kompres hangat, penurunan berat badan, upaya untuk mengistirahatkan sendi serta menghindari penggunaan sendi yang berlebihan pemakaian alat-alat ortotail. Untuk menyangga sendi yang mengalami inflamasi ( bidai penopang) dan latihan isometric serta postural. Terapi okupasioanl dan fisioterapi dapat membantu pasien untuk mengadopsi strategi penangan mandiri.
3.      Tindakan operasi
Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien dengan osteoartritis dengan kerusakan sendi yang nyata, dengan nyeri yang menetap dan kelemahan fungsi. Tindakan yang dapat dilakukan antara lain osteotomi, untuk mengoreksi ketidaklurusan atau ketidak sesuaian), debrideman sendi, pembersihan osteofit, artroplasti total, dilakukan bila seluruh bagian sendi rusak. Prosedur ini sering dilakukan pada kaki dan artrodesis, dilakukan pada orang muda pada sendi yang tidak stabil. Sekitar 90% penderita osteoarthritis pada tulang belakang tidak memerlukan tindakan operasi. Tindakan ini diperlukan pada keadaan : kehilangan kontrol kandung kencing dan fungsi usus, adanya nyeri yang menetap dengan gejala-gejala iritasi saraf. Maka tindakan yang dilakukan pada tulang belakang adalah dengan Laminektomi apabila ada herniasi diskus intervertebralis.
Arthroscopy secara minimal invasif untuk degenerasi kartilago yang berkembang atau hilangnya fragmen, berhasil pada beberapa pasien. Operasi Arthroplasty total merupakan perawatan yang pasti untuk kasus osteoartritis yang berat. Beberapa sendi (terutama sendi panggul dan lutut) bisa diganti dengan sendi buatan. Tindakan ini biasanya berhasil dan hampir selalu bisa memperbaiki fungsi dan pergerakan sendi, serta mengurangi nyeri. Karena itu jika fungsi sendi menjadi terbatas, maka dianjurkan untuk menjalani penggantian sendi.

Tidak ada komentar: