Fisioterapi pada Frozen Shoulder
Akibat HemiplegiaSuharto, RPT
Akademi Fisioterapi Departemen Kesehatan
Departemen Kesehatan RI, Ujungpandang
PENDAHULUAN
Di tengah masyarakat sering dijumpai pasien dengan ke-
lumpuhan separuh badan yang dapat mengakibatkan terganggu-
nya aktifitas bahu; hal ini membuat penderita semakin sulit
berbuat sesuatu dalam keluarganya, dan pada umumnya hidup
dengan bantuan orang lain, sehingga terkadang timbul rasa benci
pada diri sendiri dan rasa rendah diri di dalam keluarga akibat
ketergantungan hidup dengan orang lain.
Pada dasarnya gangguan keterbatasan sendi bahu ini dapat
disebabkan oleh berbagai macam penyebab, salah satu di an-
taranya adalah akibat kelumpuhan separuh badan.
Kondisi frozen shoulder akibat kelumpuhan separuh badan
ini selain membutuhkan obat-obatan, juga tidak kalah penting
nya adalah pengobatan fisioterapi terutama dengan mengguna-
kan modalitas exercise therapy, sebab sampai saat ini, tidak ada
obat yang dapat mengatasi gangguan gerak dan kekakuan sendi
kecuali dengan exercise therapy yang tepat.
ANATOMI DAN FISIOLOGI TERAPAN
1) Shoulder Joint
Gerakan-gerakan yang terjadi di gelang bahu dimungkin-
kan oleh sejumlah sendi yang saling berhubungan erat, misal-
nya sendi kostovertebral atas, sendi akromioklavikular, sendi
sternoklavikular, permukaan pergeseran skapulotorakal dan
sendi glenohumeral atau sendi bahu. Gangguan gerakan di
dalam sendi bahu sering mempunyai konsekuensi untuk sendi
sendi yang lain di gelang bahu dan sebaliknya.
Sendi bahu dibentuk oleh kepala tutang humerus dan
mangkok sendi, disebut cavitas glenoidalis. Sendi ini meng-
hasilkan gerakan fungsional sehari-hari seperti menyisir, meng-
garuk kepala, mengambil dompet dan sebagainya atas kerja sama
yang harmonis dan simultan dengan sendi-sendi lainnya. Cavitas
glenoidalis sebagai mangkok sendi bentuknya agak cekung tempat
melekatnya kepala tulang humerus dengan diameter cavitas
glenoidalis yang pendek kira-kira hanya mencakup sepertiga
bagian dan kepala tulang sendinya yang agak besar, keadaan ini
otomatis membuat sendi tersebut tidak stabil namun paling luas
gerakannya.
Beberapa karakteristik daripada sendi bahu, yaitu:
Perbandingan antara permukaan mangkok sendinya dengan
kepala sendinya tidak sebanding.
Kapsul sendinya relatif lemah.
Otot-otot pembungkus sendinya relatif lemah, seperti otot
supraspinatus, infrapinatus, teres minor dan subscapularis.
Gerakannya paling luas.
Stabilitas sendinya relatif kurang stabil.
Dengan melihat keadaan sendi tersebut, maka sendi bahu
lebih mudah mengalami gangguan fungsi dibandingkan dengan
sendi lainnya
(1)
.
2) Kapsul Sendi
Kapsul sendi terdiri atas 2 lapisan (Haagenars)
(1)
:
a) Kapsul Sinovial (lapisan bagian dalam) dengan karakteris
tik mempunyai jaringan fibrokolagen agak lunak dan tidak
memiliki saraf reseptor dan pembuluh darah.
Fungsinya menghasilkan cairan sinovial sendi dan sebagai
transformator makanan ke tulang rawan sendi.
Bila ada gangguan pada sendi yang ringan saja, maka yang
pertama kali mengalami gangguan fungsi adalah kapsul sino-
vial, tetapi karena kapsul tersebut tidak memiliki reseptor
nyeri, maka kita tidak merasa nyeri apabila ada gangguan, misalnya
pada artrosis sendi.
b) Kapsul Fibrosa
Karakteristiknya berupa jaringan fibrous keras dan memiliki
saraf reseptor dan pembuluh darah.
Fungsinya memelihara posisi dan stabititas sendi, meme
lihara regenerasi kapsul sendi.
Cermin Dunia Kedokteran No. 120, 1997 57
Kita dapat merasakan posisi sendi dan merasakan nyeri bila
rangsangan tersebut sudah sampai di kapsul fibrosa.
3) Kartilago
Kartilago atau ujung tulang rawan sendi berfungsi sebagai
bantalan sendi, sehingga tidak nyeri sewaktu penderita berjalau.
Namun demikian pada gerakan tertentu sendi dapat nyeri akibat
gangguan yang dikenal dengan degenerasi kartilago (Weiss,
1979)
(1)
.
FROZEN SHOULDER
Frozen shoulder adalah suatu gangguan bahu yang sedikit
atau sama sekali tidak menimbulkan rasa sakit, tidak memper
lihatkan kelainan pada foto Rontgen. tetapi menunjukkan adanya
pembatasan gerak
(2)
.
•
Adanya nyeri sekitar bahu.
•
Keterbatasan gerak sendi bahu, misalnya pasien tidak dapat
Fase-fase Frozen Shoulder
(1)
Fase I
Dari 24 jamminggu I setelah trauma dengan gejala-gejala:
nyeri yang dominan, gerakan sendi terbatas ke segala arah karena
sakit, dan kadang-kadang disertai bengkak.
Dari minggu II s/d IV setelah trauma, dengan gejala-gejala
yang dominan : jarak gerak sendi (ROM) terbatas, kaku terutama
pada abduksi dan exorotasi, nyeri tajam pada akhir ROM dan
gangguan koordinasi dan aktivitas lengan/bahu.
d) Tes Orientasi : Untuk melihat kemampuan aktivitas lengan.
•
Menambah jarak gerak sendi bahu,
Frozen shoulder dapat diidentikkan dengan capsulitis
adhesif dan periarthritis yang ditandai dengan keterbatasan gerak
baik secara pasif maupun aktif pada semua pola gerak.
Pada penderita kelumpuhan separuh badan (hemiplegia),
otot-otot sekitar sendi bahunya mengalami kelumpuhan. Posisi
menggantung lengan disertai hilangnya kekuatan otot dan peng
ikat sendi (ligamen) sebagai penyangga mengakibatkan keluar
nya kepala sendi dari mangkoknya yang disebut subluksasi sendi
bahu sehingga mengakibatkan tidak sempurnanya scapulo
humeral rhythm. Bila lengan digerakkan ke atas secara pasif, ge
rakan berputar tulang belikat dan terangkatnya tulang akromion
yang dibutuhkan tidak terjadi, sehingga tonjolan tulang humerus
membentur tulang akromion dan penderita merasa sakit.
Stabilisasi pasif sendi (ligament) coracohumrale yang ber
fungsi dalam mekanisme pengerem terhadap gerakan berlebihan
sendi bahu sering terganggu akibat hilangnya mekanisme perlin
dungan otot-otot bahu; akibatnya, fungsinya sebagai pengerem
hilang, sehingga pada keadaan tersebut otot-otot sekitar sendi
bahu (rotator cuff) akan sangat mudah mengalami cedera atau
terjadinya penguluran yang berlebihan yang dikenal dengan over
stretch.
Dengan berbagai faktor di atas, penderita cenderung takut
bila lengannya digerakkan ke atas, dan mempertahankan lengan
nya dalam posisi mendekat di badan (adduksi).
Bilahal ini terjadi dan berlangsung lama, akan mengakibat
kan perlengketan kapsul dan mengkerutnya kapsul sendi se
hingga gerakan sendi tersebut akan mengalami keterbatasan dan
bertambah nyeri.
Gejala
mengangkat lengannya, tidak dapat menyisir, tidak dapat meng -
ambil dompet.
•
Otot-otot daerah sendi bahu nampak mengecil.
Pengetahuan mengenai fase-fase ini sangat penting artinya
terutama dalam pelaksanaan terapi fisioterapi.
Fase II
Fase III
Setelah minggu IV, dengan gejala-gejala dominan : bahu
kaku dan terkunci pada ROM tertentu serta timbulnya subtle
sign, gerakan sendi bahu sangat terbatas, membesarnya otot-otot
daerah gelang bahu dan sedikit rasa nyeri.
PEMERIKSAAN FISIOTERAPI:
Pemeriksaan fisioterapi pada kondisifrozen shoulder akibat
kelumpuhan separuh badan, sebagai berikut:
a) Anamnesis Umum : Identitas penderita
b) Anamnesis khusus:
•
Keluhan utama penderita
•
Lokasi keluhan utama
•
Sifat keluhan utama
•
Lamanya keluhan
•
Faktor-faktor yang memperberat keluhan.
c) Inspeksi : Dilakukan dalam posisi statis dan dinamis pen-
derita.
e) Pemeriksaan Fungsi Dasar : Gerakan aktif, pasif dan tes
isometrik melawan tahanan sendi bahu.
f) Pemeriksaan Spesifik:
•
Tes intra artikular (Joint Play Movement) sendi bahu.
•
Tes kekuatan otot.
•
Tes koordinasi gerakan.
•
Tes sirkumferentia otot (lingkar otot) daerah bahu.
PENGOBATAN FISIOTERAPI
Pengobatan fisioterapi pada kasus frozen shoulder akibat
kelumpuhan separuh badan didasarkan atas problematik yang
terjadi pada pasien. Adapun masalah yang sering mengganggu
pasien seperti ini adalah : rasa nyeri gerak, terbatasnya ROM
sendi bahu, kelemahan otot-otot daerah bahu, tidak mampu me
lakukan gerakan-gerakan fungsional, yaitu : menyisir rambut,
mengambil sesuatu yang tinggi, mengambil dompet.
Tujuan fisioterapi
•
Mengatasi rasa nyeri pada bahu.
•
Meningkatkan kekuatan otot-otot bagu.
•
Mengembalikan aktifitas fungsional bahu.
Pelaksanaan Fisioterapi
1) Elektro Terapi
Elektro terapi yang digunakan pada kondisi ini adalah
Continuous Electro Magnetic 27 MHz (CEM). Merupakan arus
AC dengan frekuensi terapi 27 MHz yang memproduksi energi
elektromagnetik dengan panjang gelombang 11,6 meter, di
gunakan untuk menimbulkan berbagai efek terapeutik melalui
suatu proses tertentu dalam jaringan tubuh. Arus CEM ini meng-
Cermin Dunia Kedokteran No. 120, 1997
58 hasilkan energi internal kinetika di dalam jaringan tubuh se-
hingga timbul panas; energi ini akan menimbulkan pengaruh
biofisika tubuh misalnya pada thermosensor lokal maupun
sentral (kulit dan hipotalamus) dan juga terhadap struktur per-
sendian.
Tujuan yang diharapkan dan arus CEM ini adalah menu-
runkan aktifitas noxe sehingga nyeri berkurang, meningkatkan
elastisitasjaringan dan sebagai pendahuluan sebelum exercises.
2) Terapi Manipulasi
Terapi manipulasi yang diberikan adalah gerakan roll dan
slide pada gerakan-gerakan sendi bahu yang mengalami keter
batasan.
Tujuan metode ini adalah membebaskan perlengketan pada
permukaan sendi, sehingga jarak gerak sendi akan bertambah.
Dasar teknik ini adalah memperhatikan bentuk kedua per
mukaan sendi dan mengikuti aturan Hukum Konkaf dan Kon
veks suatu persendian.
3) Exercises Therapy
Exercises therapy yang diberikan pada kondisi tersebut
adalah latihan Resistance Exercises dan Metode Proprioceptive
Neuromuscular Facilitation (PNF) yang bertujuan meningkat
kan kekuatan otot daerah bahu baik manual maupun dengan
menggunakan beban. Selain itu juga dapat diberikan latihan
dengan teknik Hold Relax yang bertujuan untuk mengulur otot
otot yang memendek pada daerah bahu.
Latihan tersebut sebaiknya dilaksanakan setelah penderita
mendapatkan modalitas elektro terapi.
4. Djohan Aras. Pelatihan Elektro Terapi. Makalah Akfis. Ujungpandang. 1993.
5. Priguna Sidharta. Sakit neuromuskuloskeletal dal praktek umum, Pustaka
Universitas UI, Jakarta. 1983.
8. Soeharyono. Sinkronisa.ci gerak persendian daerah gelang bahu pada gerak
abduksi lengan. Maj Fisioterapi 1994; 2(23).
4) Latihan aktivitas sehari-hari
Bentuk aktivitas yang bermanfaat bagi penderita frozen
shoulder adalah menyisir rambut, mengambil sesuatu yang
tinggi, mengambil dompet, memutar lengan, dan mengangkat
beban yang kecil-kecil.
KEPUSTAKAAN
1. Djohan Aras. Penatalaksanaan fisioterapi pada frozen shoulder, Akfis
Ujungpandang. 1994.
2. de Wolf AN, Mens JMA. Pemeriksaan alat penggerak tubuh, diagnostik fisis
umum, cet 11, Bohn Statleu Van Loghum Houten/Zaventem. 1994.
3. Kisner C. Lynn AC. Therapeutic exercises foundation and techniques, ed. 11.
Philadelphia, USA: F.A. Davis Co. 1990.
6. Purnomo. Fisioterapi pada kapsulitis adhesive, TITAFI ke VI, Jakarta. 1988.
7. Cailliet R. Soft tissue pain and disability. Philadelphia, USA: F.A. Davis Co.
1977.
All the pleasures of the world is only a short dream
(Patriach)
Cermin Dunia Kedokteran No. 120, 1997 59