Sroke

STROKE HEMORAGIK dan STROKE NON-HEMORAGIK
Oleh:Firman Galuh Arisandy
ABSTRAK
Hakekat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. oleh karena itu perlu adanya pemerataan-pemerataan pembangunan di segala bidang, termasuk diantaranya di bidang kesehatan. Indonesia sehat tahun 2010 ,merupakan gambaran keadaan m Berdasarkan etiologinya stroke diklasifikasikan menjadi dua yaitu Stroke Haemoragik dan Stroke Non Haemoragik (Sidharta, 2000). Stroke hemoragik yaitu suatu kerusakan pembuluh darah otak, sehingga menyebabkan perdarahan pada area tersebut. Hal ini menyebabkan gangguan fungsi saraf (Haryono, 2002). Stroke Non Haemoragik yaitu gangguan fungsi saraf yang disebabkan oleh tersumbatnya pembuluh darah otak sehingga distribusi oksigen dan nutrisi ke area yang mendapat suplai terganggu (Osamulia, 1996).
Stroke Non Haemoragik secara patogenesis disebabkan oleh: (1) karena trombosis di arteri karotis interna secara langsung masuk ke dalam arteri serebri media atau anterior (trombotik stroke), (2) karena emboli yang berasal dari jantung (emboli stroke), (3) karena hipoksia yang timbul karena hipotensi dan perfusi yang kurang (Osamulia, 1996).
Adapun faktor-faktor resiko yang menjadikan seseorang menjadi mudah terserang stroke, yang tidak dapat diubah : usia, jenis kelamin pria, ras, riwat keluarga, riwayat TIA atau stroke, penyakit jantung koroner, fibrilasi atrium, dan heterozigot atau homozigot untuk homosisturia. Sedangkan faktor resiko yang dapat diubah : hipertensi, diabetes melitus, merokok, penyalahgunaan alkohol dan obat, kontrasepsi oral, hemotokrit meningkat, bruit karotis asimtomatis, hiperurismia dan dislipidemia (Mansjor, 2000).

A. LATAR BELAKANG MASALAH
Fisioterapi sebagai salah satu tenaga kesehatan berperan dalam memelihara, meningkatkan dan memperbaiki kemampuan gerak dan fungsi. Beberapa kasus yang mengalami gangguan gerak dan fungsi ini diantaranya adalah stroke.
Stroke merupakan satu masalah kesehatan yang besar dalam kehidupan modern saat ini. Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terjadi 500.000 penduduk terkena serangan stroke, sekitar 2,5 % atau 125.000 orang meninggal, dan sisanya cacat ringan maupun berat. Jumlah penderita stroke cenderung terus meningkat setiap tahun, bukan hanya menyerang penduduk usia tua, tetapi juga dialami oleh mereka yang berusia muda dan produktif. Stroke dapat menyerang setiap usia, namun yang sering terjadi pada usia di atas 40 tahun. Angka kejadian stroke meningkat dengan bertambahnya usia, makin tinggi usia seseorang, makin tinggi kemungkinan terkena serangan stroke (Yayasan Stroke Indonesia, 2006).
Di Indonesia, belum ada data epidemologis stroke yang lengkap, tetapi proporsi penderita stroke dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Hal ini terlihat dari laporan survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes RI di berbagai rumah sakit di 27 provinsi di Indonesia. Hasil survei itu menunjukkan terjadinya peningkatan antara 1984 sampai 1986, dari 0,72 per 100 penderita pada1984 menjadi 0,89 per 100 penderita pada 1986. Di RSU Banyumas, pada 1997 pasien stroke yang rawat inap sebanyak 255 orang, pada 1998 sebnyak 298 orang, pada 1999 sebanyak 393 orang, dan pada 2000 sebanyak 459 orang (Hariyono, 2006).
Stroke atau cerebrovascular accident, merupakan penyebab invaliditas yang paling sering pada golongan umur diatas 45 tahun Di negara industri stroke merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan keganasan (Lumbantombing, 1984).
Stroke adalah serangan di otak yang timbulnya mendadak akibat tersumbat atau pecahnya pembuluh darah otak sehingga menyebabkan sel-sel otak tertentu kekurangan darah, oksigen atau zat-zat makanan dan akhirnya dapat terjadi kematian sel-sel tersebut dalam waktu yang sangat singkat (Yayasan Stroke Indonesia, 2006).
Berdasarkan etiologinya stroke dibagi menjadi dua, yaitu : (1) Stroke Non Hemoragik adalah gangguan peredaran darah pada otak yang dapat berupa penyumbatan pembuluh darah arteri, sehingga menimbulkan infark/ iskemik. Umumnya terjadi pada saat penderita istirahat. Tidak terjadi perdarahan dan kesadaran umumnya baik. (2) Stroke Hemoragik yaitu pecahnya dinding pembuluh darah, sehingga terjadi perdarahan di otak. Umumnya terjadi pada saat pasien melakukan aktivitas. Terjadi perdarahan dan penurunan kesadaran bersifat nyata (Yayasan Stroke Indonesia, 2006).
Dilihat dari aspek fisioterapi, gangguan yang timbul pada penderita stroke stadium akut menimbulkan beberapa tingkat gangguan, yaitu “impairment ” yang berupa flacciditas dan hilangnya sensibilitas separo tubuh. Adanya “functional limititation” yaitu seperti menurunnya kemampuan untuk menggerakan anggota gerak atas tubuh misalnya tangan dan tungkai untuk aktifitas fungsional seperti aktifitas untuk makan, minum, menyisir rambut, menggosok gigi, mengambil sesuatu, dan aktifitas tungkai misalnya untuk jongkok, berdiri, berjalan, menendang. Dan pada tingkat “disability” yaitu ketidakmampuan dalam melakukan aktifitas yang bersifat sosial misalnya pergi beribadah, kerja bakti, rapat desa, yang sampai pada tingkat kecacatan. Pada penderita stroke ini akan mengalami gangguan dan keterbatasan dalam hal aktivitas sehari-hari (AKS), aktifitas perawatan diri (APD), dan kemampuan transfer dan ambulasi.
Pendekatan fisioterapi yang dapat diberikan pada penderita stroke stadium akut salah satunya adalah pemberian terapi latihan secara bertahap dan disesuaikan dengan kemampuan pasien. Sedangkan tehnik-tehnik latihan yang dapat diberikan pada penderita stroke stadium akut antar lain adalah : (1) Breathing exercise pada pasien tidur terlentang yang bertujuan untuk mencegah terjadinya komplikasi pada sistem pernafasan. (2) Positioning untuk mencegah timbulnya spastisitas dan pola sinergis. (3) Mobilisasi dini dengan latihan pasif dan aktif yang bertujuan untuk mencegah terjadinya ganguan pada mobilitas persendian yang diakibatkan oleh kontraktur dan perlengketan jaringan dan mempercepat kemampuan gerak dan fungsi yang dapat mengakibatkan peningkatan kemampuan fungsional pasca stroke stadium akut.


B. RUMUSAN MASALAH
Hal yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:
Apakah stroke hemoragik dan stroke non- hemoragik itu?
Faktor apa saja yang menyebabkan seseorang menjadi rentan terhadap serangan stroke?
Apa tanda dan gejala umum pada stroke?
Bagaimana menanggulangi stroke dengan perawatan umum?
Apakah orang yang menderita stroke beresiko mengalami komplikasi lanjutan dan masalah-masalah yang berhubungan dengan kondisi medis pada umumnya?


C. PEMBAHASAN
Bencana peredaran darah di otak(BPDD) sering dikenal dengan nama stroke atau cerebrovascular accident,merupakan penyebab invaliditas yang paling pada golongan umur diatas 45 tahun. Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak progresif cepat, berupa defisit neurologis fokal dan atau global yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian dan semata-mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik (Mansjoer, 2000).
1. Stroke dibedakan menjadi dua jenis,yaitu stroke non-hemoragik dan stroke hemoragik.
a. stroke non-hemoragik
stroke non-henoragik terjadi karena penurunan aliran darah sampai di bawah titik kritis,sehingga terjadi gangguan fungsi pada sebagian jaringan otak.bila hal ini lebih berat dan berlangsung lebih lama dapat terjadi infark dan kematian.berkurangnya aliran darah ke otak dapat disebabkan oleh berbagai hal:misalnya thrombus, emboli yang menyumbat salah satu pembuluh darah, atau gagalnya pengaliran darah oleh sebab lain, misalnya kelainan jantung (fibrilasi, asistol).
Stroke non-hemoragik lebih sering dijumpai daripada yang hemoragik.diagnosis mudah ditegakan,yaitu timbulnya deficit neureologik secara mendadak(misalnya hemiparesis),dan kesadaran penderrita umumnya tidak menurun.pada stroke yang ringan, iskemia berlangsung singkat,deficit neurologik dapat pulih sempurna.bila pemulihan senpurna ini terjadi dalam jangka waktu 24 jam,disebut transient ischemic attack(TIA).Bila pulih sempurna terjadi setelah waktu 24 jam,disebut deficit neurologik iskemia yang reversible(reversible ischemic neurologic deficit atua RIND).Pada iskemia yang lebih berat atau berlangsung lama,terjadi deficit neurologik yang irreversible,yang menetap, dan merupakan cacat .
b. stroke hemoragik
Stroke hemoragik terjadi karena salah satu pembuluh darah di otak (aneurisma,mikroaneurisma,kelainan pembuluh darah congenital) pecah atau robek.Keadan penderita stroke hemoragik umumnya lebih parah .Kesadaran umumnya menurun.Mereka berada dalam keadaan somnolen, osmnolen, spoor, atau koma pada fase akut (www.cerminduniakedokteran.co.id).
2. faktor-faktor resiko rentan terhadap serangan stroke
Banyak faktor resiko yang dapat membuat seseorang yang menjadi rentan terhadap serangan stroke, secara garis besar faktor resiko itu dapat digolongkan menjadi dua, yaitu
Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol yaitu:
(1) Umur, semakin tua kejadian stroke semakin tinggi, (2) Ras / bangsa : Negro / Afrika, Jepang, dan Cina lebih sering terkena stroke, (3) Jenis kelamin, laki-laki lebih beresiko dibanding wanita, (4) Riwayat keluarga yang pernah mengalami stroke.
Faktor resiko yang dapat dikontrol
(1) Hipertensi, ( 2) Diabetes Millitus, (3) Merokok (4) Hiperlipidemia dan Kolesterol, (5) Obesitas, (6). Penggunaan obat – obatan yang mempengaruhi serebrovaskuler, seperti : amfetamin, kokain, dan sejenis.
3. Tanda dan Gejala Klinis
Tanda dan gejala yang ditimbulkan sangat bervariasi tergantung dari topis dan derajat beratnya lesi. Akan tetapi tanda dan gejala yang dijumpai pada penderita post stroke secara umum yaitu :
a. Gangguan Motorik
Gangguan motorik yang terjadi yaitu : (1) tonus abnormal, baik hipo/ hipertonus, (2) penurunan kekuatan otot, (3) gangguan gerak volunter, (4) gangguan keseimbangan, (5) gangguan koordinasi, (6) gangguan ketahanan.
b. Gangguan Sensorik
Gangguan sensorik yang ditimbulkan adalah : (1) gangguan propioreseptik, (2) gangguan kinestetik, (3) gangguan diskriminatif.





c. Gangguan kognitif, memori dan atensi.
Pada gangguan kognitif ini akan terlihat adanya gangguan pada atensi, memori, inisiatif, daya perencanaan dan fleksibilitas, abstraksi insight menurun, dan cara penyelesaian suatu masalah (Nugrahati, 1992).
d. Gangguan kemampuan fungsional
Gangguan kemampuan fungsional yang ditimbulkan pada pasien stroke meliputi gangguan aktifitas mandi, makan, berpakaian, pergi ke toilet, transfer ambulasi, blader dan bowel.
4. Komplikasi
Pasien yang telah menderita stroke beresiko mengalami komplikasi lanjut yang terjadi akibat imobilitas, serta masalah – masalah yang berhubungan dengan kondisi medis umumnya (Garison, 2001). Komplikasi yang ditimbulkan jika kita lihat dari pada pernafasan seperti pneumonia, subluksasi sendi bahu, trombosis vena profunda, shoulder hand syndrome, spastisitas, ulcer decubitus
1. Pneumonia
Salah satu masalah yang paling serius dari stroke adalah radang paru-paru/ pneumonia. Itu dibuktikan pada penelitian yang telah menemukan bahwa dari 58 % kematian pasien stroke penyebab utamanya adalah radang paru-paru (Bakke, 2001).
2. Subluksasi sendi bahu
Subluksasi sendi bahu yang terjadi akibat adanya gangguan faktor biomekanik stabilitas sendi bahu karena kelemahan otot rotator cuff mengakibatkan perlindungan terhadap sendi bahu tidak ada (Garison, 2001;Agus Sujono, 1992).
3. Trombosis vena profunda
Kira–kira 30 %-50 % pasien stroke menderita trombosis vena profunda pada deep vein trombosis (DVT) pada tungkai. Resiko terjadinya emboli paru dengan DVT kurang lebih 10 % pada pasien stroke. Hal ini disebabkan thrombus dari pembuluh darah balik terlepas membentuk emboli, bersama darah menuju keparu-paru sehingga terjadilah emboli paru (Garison, 2001).
4. Shoulder hand syndrome
Shoulder Hand syndrome/ sindroma tangan bahu merupakan suatu bentuk komplikasi pasca stroke yang telah dikenal secara baik walaupun kondisi ini jarang ditemui pada pasien pasca stroke.Gejala ini ditandai dengan adanya nyeri pada gerak aktif dan pasif pada bahu yang terkena, diikuti nyeri pada gerakan ekstensi pergelangan tangan dan bengkak pada pergelangan tangan dan tangan (Garison, 2001;Agus Sujono, 1992) .
5. Spastisitas
Spastisitas terjadi karena pengaruh hambatan kortikal dimana terjadi peningkatan tonus lebih tinggi dari normal karena terputusnya aktifitas strech reflek karena hilangnya kontra supra spinal (sistem ekstrapiramidalis) (Garison, 2001).
6. Ulcer decubitus
Ulcer decubitus terjadi karena gangguan sensoris sehingga tidak merasakan adanya tekanan pada daerah yang menonjol pada tubuh yang kontak langsung dengan bed dalam waktu lama, pembuluh darah tertekan, dan terjadilah nekrosis pada daerah yang tertekan.
5. Penanggulangan Stroke
Penanggulangan stroke dapat dilakukan dengan cara perawatan umum,yaitu:
a. Memonitor dan bila perlu memperbaiki fungsi pernapasan, tekanan darah, dan jantung.
b. Mengusahakan keadaan metabolisme yang optimal, memperhatikan kebutuhan akan cairan, kalori, dan elektrolit.
c. Memperhatikan fungsi miksi dan defekasi
d .Mencegah terjadinya dekubitus,pneumonia ortostatik
e,Melakukan rehabilitasi

D. KESIMPULAN
stroke atau bencana peredaran darah di otak merupakan penyebab kematian ke-dua yang paling lazim di dunia.Walaupun didapatkan kemajuan pesat dalam bidang diagnostic serta pemahaman patofisiologi pada stroke,namun dalam bidang pengobatan kemajuannya sangat lambat sehingga perlu ditingkatkan.
Stroke apabila sudah terjadi infark (pendarahan otak) maka pengaruh obat-obatan tidak banyak artinya, agar dapat tercapai hidup yang sehat dengan kecil kemungkinan terkena serangan stroke maka apabila factor resiko dapat ditanggulangi dengan baik, kemungkinan mendapatkan stroke dapat dikurangi




DAFTAR PUSAKA


Departemen kesehatan RI (1992). Undang – Undang RI no.23 tahun 1992 tentang kesehatan. Jakarta : DepKes RI.

Prasetya hudaya (2003). Patologi Umum. Politeknik Keseshatan Suarkarta Jurusan fisioterapi.

Sri Mardiman, dkk 92001). Modulasi Nyeri dan mekanisme Pengurangan Nyrei dengan Modalitas Fisioterapi : Makalah Penatalaksanaan fisioterapi Komprehensif Pada Nyeri. Akademi fisioterapi surakarta DEPKES dan sasana Husada Pro fisio.

Tidak ada komentar: