Salju Kematian


Salju
kematian
www.madu-jomo.blogspot.comSiang angkat kaki dari kursi waktu yang ditidurinya. Sore datang dengan setali mimpi yang bergelantungan ditangan kiri. Sedang ringkik dan nyanyian awan bergemuruh kalahkan deru jerit roda kereta.
Dari timur sehelai angin berhembus, menghantam gedung-gedung dan wajahku, bersamaan jatuhnya daun mangga yang berusaha keras mengubur tanah kosong, seberang setasiun. Di sebelah utara sunset limbung tertimpa mega.
Kilau senja semakin membahana, mengambil bergumpal teduhnya angan. Dalam bayangnya jatuh seketsa burung-burung dedali yang kian sibuk mencari istri dan anak-anaknya berada. Sedangkan aku terjerembab kedalam anyir dan busuknya suasana stasiun Walikukun.
“Duer!!!”
Lamunanku buyar, berceceran bak pasir kering digurun. Sedang malaikat kian sibuk mengejar dan menghantami syetan-syetan yang sedang mengintim rumah Tuhan.
“Gluduk! Gluduk! Gluduk! Duer!!”
Akhirnya awanpun bergejolak. Jerit tangisnya yang mulanya “tik! Tik! Tik!” kian keras memukul-mukul angin, menikam bumi hingga nyinyir jeritnya terhirup olehku. Hujan turun. Deras!
Sudah enam kereta yang lewat, majalah Horison belum selesai juga kubaca. Sedangkan petang kian hitam menghadang. Sesekali kugeser pantatku, coba sedikit toleransi kepada mereka yang sedang menunggu datangnya kereta arah Jogja.
Tiga sajak dirubrik cermin habis juga kueja. Kini giliran sajak ke empat, “Tiga Sajak Dimusim Dingin”. Kubaca ia berulang-ulang, kurenungkan, dan tertangkap olehku warna lukisan dunia yang penuh guratan disana. Hingga rangkaian anganpun kembali tersiram, subur dan melahirkan kelezatan dalam tangkainya. Dan hujanpun melambankan impian hingga reda!
“Goll!”.
Jerit riang anak bermain bola, samping stasiun, keras menyapa. Reflek, kami semua, penunggu kereta, menatap cerah raut-raut mereka yang basah. Namun keceriaan itu sirna seketika. Saat teriakan “Copet! Tolong ada copeeeet!”. Kelucuan yang tercermin berubah menjadi guratan-guratan mengerikan, buas, laksana serigala kelaparan. Mereka berlari meninggalkan lapangan, berebut jalan guna menangkap mangsa yang mulai terengah-engah guna mempertahankan nyawanya.
Jalan macet, orang beterbaran disegala penjuru. Teriakan-teriakan menakutkan pun semakin keras terlontar dari mulut setiap pemburu. Sesekali batu dan kayu beterbangan mengejar pencopet.
Dekat pangkalan ojek, depan warteg samping wartel Kurnia copet itu tertangkap. Bodoh dia, seharusnya dia berjalan lurus atau menyeberang jalan raya, bukannya belok kekiri menuju jalan buntu.
“Mampus lu!” ucap seorang sambil melemparkan tinjunya, kearah muka pencopet.
“hajar saja, biar koit!” teriak tukang ojek.
Mereka saling memuntahkan segala bentuk amarahnya dengan pukulan, ludahan, tendangan, hantaman sepatu, sandal, kayu, dan lemparan batu tanpa lelah. Seperti hujan, serangan itu datang. Darahpun tercecer dimana-mana. Tubuh anak belasan tahun yang tak berdaya itu diseretnya kian kemari dan berhenti ditengah lapangan.
Hujan mulai reda. Kereta yang datang kosong, tak berpenumpang, masinis melongok keluar, menatap tontonan tragis disebelah.
Tiba-tiba semua orang menyingkir, memberi jalan kepada seseorang yang berbadan tegap, berbaju biru lengan panjang, dan bercelana jeans hitam yang datang dengan membawa seember bensin.
“Bakar!” teriaknya.
Sesaat orang-orang saling melihat sebelum ikut bersuara, “Bakar! Ya, bakar saja dia!”. Sedangkan sikorban meronta minta tolong dengan darah yang bermuntahan dari hidung dan mulutnya. Mereka benar tak berampun, mereka tetap menghantam dan memukulinya tanpa henti sebelum seseorang entah siapa menyulutnya?
“Buuus!”
Api berkobar melahap sikorban, seragam putih, abu-abu itu berubah hitam kelam, wangi parfum axe beraduk dengan bau anyir darah dan daging hangus terbakar. Dia berteriak meminta tolong dibalik usahanya menahan hawa panas yang melilit tubuhnya. Begitu juga denganku yang hanya mampu melenguh dibalik pagar stasiun.
“Aaaaaah! Tolonggg! Ampuuun!!”
Tak seorangpun yang bergeming. Mereka hanya bergunjing sambil menutup hidung.
Hujan yang sempat terhenti turun kembali. Menolong sikorban, lebih cepat dari aparat. Kerumunan pun terbelah diberbagai arah yang tak henti-hentinya membicarakan sikorban. Sambil berteduh mereka menatap daging segar yang hangus kelojotan.
Suara takbir Magrib datang dati timur, barat, utara, dan selatan setasiun; meredam amarah, melerai keadaan dan mengantar sikorban menuju gerbang kehidupan selanjutnya. Sedangkan aku yang tadinya berdiri dibalik pagar lapangan kembali duduk, menatap debu yang mulai berenang dikelopak mataku.
Diskusi panjangpun tak terhenti, niat penumpang untuk lekas pulang terhadang oleh naskah-naskah yang mereka buat sendiri. Tak ada alur kejadian yang sesuai dengan kenyataanya. Mereka saling menyanggah dan selalu memperkuat hal tersebut dengan opini masing-masing. Dan akhir jawaban dari berbagai pertanyaan yang mereka dapatkan dari orang yang ingin tahu hal tersebut, mereka pula yang menjawabnya dengan jawaban yang sesuai dengan pendapatnya sendiri tentunya. Mereka menjawab, “Dia pantas mendapatkan itu, mereka harus dibasmi!”
Niatku untuk terus menulis puisi tak terwujud karenanya. Sedangkan kunang-kunang yang kutunggu belum juga datang dan menunjukkan cahayanya. Hasratku untuk lekas berdiri dan lekas meninggalkan setasiun pun berhenti, saat seseorang memanggilku.
“maaf. Aku terlambat!”.
Aku tersenyum kecil padanya. Dan Andi membalasnya dengan penuh ragu. Mukanya pucat tak berdaya. Bibirnya bergetar penuh misteri. Ah, sahabat kekasihku itu benar-benar jelek mukanya, terlihat. Benar-benar tak sedap dipandang. Tak seperti hari-hari biasanya.
“apa yang terjadi?” tanyaku bingung.
“Anu. Ku, Kusuma pergi Win,”
“Apa maksudmu?”
Andi semakin bingung. Tak tahu harus berkata apa.
“Ada apa Di?”
Andi masih saja bingung. Mukanya semakin pucat, rambutnya yang agak panjang awut-awutan.
“Di, ada apa Di?”
Andi menghela nafas panjang.
“Di, jangan kau bikin aku gusar-gusar Di!”
Akhirnya Andipun menyerah. Dia mendekat padaku berharap agar suaranya tak terdengar orang lain. Maka didekatkannyalah mulutnya ketelinga kiriku.
“Kusuma tertangkap,” ucapnya berbisik.
“Aku tak mengerti. Apa maksudmu?”
“Kusuma tertangkap,” ucapnya kembali.
“Maksudmu?”tanyaku ragu dengan menatap lapangan.
“Ya, orang yang dibakar itu adalah Kusuma-mu.”
“Maksudmu? Kau bohong! Bohong! Jangan bercanda Kau!”
Andi menggeleng menjawabku.
“Bohong! Kau pasti bohong. Katakan itu bohong Di! Kenapa? Kenapa Di?”
“Maafkan aku Win! Seharusnya akulah yang mereka tangkap. Tapi Win, itu semua aku lakukan untuk…,”
Aku tak lagi mendengar suaranya. Gemuruh langit kian keras terdengar, awan hitam menyeruak dalam pelupuk mataku. Angin berhembus dingin, bulan mengelupas kulitnya, bintang tercerabut akarnya dan salju kematian menghampiriku.
Dari selatan Bedug isya’ menyeruak harum penuh do’a. sedangkan aku semakin tersudut diatas takbir terakhir.
Hujan semakin keras menikam hati dan perjalananku. Sedangkan mimpi merintih lewat rinai sendu guntur malam itu.

dijual jamu hewan

kami menjual jamu hewan khususnya sapi dan kambing yang bisa dibuktikan dalam waktu tiga bulan. jamu ini khusus untuk menambah nafsu makan sapi agar sehingga membuat sapi menjadi gemuk dan sehat. tidak ada efek samping yang negatif dari jamu tersebut....harganya cuma 15000 tiap kilonya. berbentuk serbuk yang dicampurkan minuman sapi. jika berminat hubungi kami di 085-691-348-546

JOB DESCRIBSION BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA (BEM)
POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
PERIODE 2007-2008

● Bidang Khusus Urusan Rumah Tangga :
Tugas dan wewenang :
Mengurusi segala sesuatu kebutuhan rumah tangga BEM Politeknik Kesehatan
Surakarta

Rencana Kegiatan :
a. Pengadaan peralatan sekretariatan BEM Poltekkes Surakarta
b. Pengadaan peralatan logistik BEM Poltekkes Surakarta
c. Perawatan peralatan sekretariatan dan logistik BEM Poltekkes Surakarta

● Departemen Luar Negeri
Tugas dan Wewenang :
a. Sebagai sarana untuk mengenalkan Poltekkes Surakarta beserta BEM Poltekkes Surakarta ke masyarakat luas
b. Sebagai sarana untuk meningkatkan kerjasama BEM Poltekkes Surakarta dengan Organisasi Lain di luar kampus Poltekkes Surakarta
c. Menumbuhkan dan memupuk rasa kebersamaan, kekeluargaan dan kemanusiaan mahasiswa Politeknik Kesehatan Surakarta sehingga bermanfaat bagi masyarakat luas
d. Mengenalkan Politeknik Kesehatan Surakarta beserta BEM politeknik Kesehatan Surakarta ke SMU di Surakarta.

Rencana Kegiatan :
a. Menjalin hubungan dengan organisasi lain di luar kampus Politeknik
Kesehatan Surakarta
b. Kerjasama dengan organisasi BEM dari Politeknik Kesehatan
lain.
c. Mengadakan sosialisasi dengan masyarakat
d. Bakti sosial
e. Donor Darah
f. Poltekes Surakarta Road To School
g. Email dan Friendster
h. Klinik Gratis

● Departemen Dalam Negeri
Tugas dan Wewenang :
a. Menumbuhkan dan memupuk rasa kebersamaan, kekeluargaan semua unsur
Civitas Akademika ( Direktorat, Dosen, Karyawan, Mahasiswa, serta Alumni) Politeknik Kesehatan Surakarta
b. Menampung aspirasi mahasiswa untuk mewujudkan kesejahteraan
mahasiswa se- Poltekkes Surakarta
c. Memfasilitasi dan Mengkoordinasi hubungan antara pendidikan dan
mahasiswa se-Poltekes
d. Memberdayakan koperasi Mahasiswa
e. Memberdayakan SDM mahasiswa Politeknik Kesehatan Surakarta
Rencana Kegiatan :
a. Temu Sharing Direktorat, Pendidikan, dan Mahasiswa
b. Koperasi Mahasiswa (KOPMA)
c. Jurnalistik
d. Mading
● Departemen Pendidikan,Olahraga, & Seni
Tugas dan Wewenang :
a. Menigkatkan Kinerja & Mutu pendidikan di Poltekkes Surakarta
b. Memupuk rasa kebersamaan dan persaudaraan seluruh mahasiswa poltekkes surakarta lewat olahraga, pecinta alam dan SBH( Saka Bhakti Husada)
c. Meningkatkan mutu Sumber Daya Mahasiswa dalam berorganisasi
d. Membentu wadah Korps Suka Rela di Poltekkes Surakarta
Rencana Kegiatan :
a. Seminar
b. Lomba tingkat Jawa Tengah/ Nasional berkaitan dengan Pendidikan
c. Pembuatan Tim Olahraga Poltekkes Surakarta
d. Liga Poltekes pada Dies Natalis
e. Pembentukan kelompok Pecinta Alam
f. Dies Natalis Poltekkes
g. KSR
h. SBH
i. Kuliah organisasi
j. Kaderisasi
k. Buletin Poltekkes
● Departemen Agama
Tugas dan Wewenang :
a. Meningkatkan rasa keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa
b. Memperingati hari besar agama

Rencana Kegiatan :
a. Peringatan Hari Besar Agama Islam
b. Peringatan Hari Besar Agama Kristen
c. Peringatan Hari Besar Agama Katolik
d. Peringatan Hari Besar Agama Hindhu

Peredaran Darah


Sirkulasi darah
Dr.Yopi Harwinanda Ardesa

Peredaran darah jantung
Vena cava superior dan inferior,mengalirkan darah dari seluruh tubuh ke atrium dextra
Aorta,membawa darah dari ventrikel sinistra ke seluruh tubuh
Vena pulmonalis,membawa darah dari paru-paru ke atrium sinistra
Arteri pulmonalis,membawa darah dari ventrikel dextra masuk ke paru-paru
Arteri
Pemb.darah yg keluar dari jantung
Terbesar aorta dan arteri pulmonalis bercabang pd arteriola dan kapiler
Elastis o/k vasomotor
Terdiri dari 3 lapis
Tunika intima,berupa endotel
Tunika media,berupa otot
Tunika adventisia,berupa jaringan ikat
Vena
Membawa darah ke jantung
Bentuk dan susunan sama dg arteri
Terbesar vena cava dan vena pulmonalis

Kapiler
Pembuluh darah halus berdinding endotel
Rambut,kuku dan tulangrawan
Berfungsi
penghubung arteri vena
menyerap makanan
menyaring darah
mengambil hasil kelenjar
pertukaran zat darah dan cairan jaringan
Saluran limfe
Pembuluh darah tepi dg banyak katup
Terdapat banyak di vili usus
Berfungsi untuk mengumpulkan,menyaring,menyalurkan cairan limfe ke darah
Jantung
Organ yang terdiri dari otot serat lintang yang bekerja diluar kesadaran kita
Menyerupai jantung pisang dg basis tumpul dan apeks runcing
Terletak di cavum mediastinum anterior,diatas diafragma,dg apeks diantara costa V-VI 2 jari dari papila mamae
Sebesar genggaman tangan,250-300 gr
Teraba denyut disebut ictus cordis
Lapisan jantung
Endokardium, jaringan endotel dan selaput lendir
Miokardium
lapisan inti jantung
terdapat otot jantung
Perikardium
selaput pembungkus jantung
terdiri lapisan parietal & viseral
terdapat lendir pelicin
Denyut jantung
Dipersarafi n.simpatikus dan n.parasimpatikus
Rangsang diterima o/ SA node
diteruskan ke dinding atrium dan septum o/ AV node
Diteruskan o/ AV bundle (berkas his) pada anulus fibrosus
Di apeks ke seluruh dinding ventrikel o/ serabut purkinye
Siklus jantung
Kejadian yg terjadi di jantung selama peredaran darah
Konstriksi/sistol dan dilatasi/diastol
Konstriksi ventrikel lebih lama
Kontriksi ventrikel kiri lebih kuat drpd kanan
Periode kerja jantung
Sistol
ventrikel menguncup
katup bikus dan trikus tertutup
katup aorta dan pulmonalis terbuka
Diastol
jantung mengembang
katup trikus dan bikus terbuka
Periode istirahat
periode antara sistol dan diastol
Bunyi jantung
Bunyi I o/k menutupnya katup atrioventrikular,lebih panjang
Bunyi II o/k menutupnya katup aorta dan pulmonalis,lebih pendek
Ictus cordis o/k pukulam ventrikel kiri thd dinding anterior
Daya pompa jantung
Istirahat 70 kali/menit
Aktifitas 150 kali/menit
Denyut arteri a/ gelombang yg teraba bila darah dipompakan keluar jantung
Katup jantung
Katup trikuspidalis,antara atrium dektra dan ventrikel dektra
Katup bikuspidalis,antara atrium sinistra dan ventrikel sinistra
Katup pulmonalis,antara ventrikel dekstra dan arteri pulmonalis
Katup aorta, antara ventrikel sinistra dan aorta
Sirkulasi darah
Sirkulasi pulmonal/kecil
ventrikel dekstra menuju arteri pulmonalis menuju pulmo kanan dan kiri,melalui vena pulmonalis menuju menuju atrium sinistra
Sirkulasi sistemik/besar
ventrikel sinistra melalui aorta (asenden & desenden) menuju ke seluruh tubuh kemudian menuju atrium dekstra melalui vena cava
Darah
Jaringan tubuh yg terdapat dlm pembuluh darah
Warna merah tergantung O2 dan CO2
4 – 5 liter
Berfungsi :
alat pengangkut
pertahanan tubuh
menyebarkan panas
Komposisi darah
Air
Protein,albumin,globulin,protombin dan fibrinogen)
Mineral,natrium klorida,na bikarbonat,garam fosfat,magnesium,kalsium dan zat besi
organik, glukosa,lemak,asam urat,kreatinin,kolesterol,asam amino
Bagian darah
Sel-sel darah
eritrosit
leukosit
trombosit
Plasma darah
Eritrosit
Bentuk cakram/bikonkaf
7,7 unit (0,007mm)
Tidak dapat bergerak
5 juta / mm3
Warna kuning kemerahan
Mengandung Hb
Mengikat O2 dlm paru2
Mengikat CO2 dilepas di paru2
Diproduksi didalam sumsum tulang merah,limpa dan hati
Beredar selama 14-15 hari terurai menjadi hematin dan Hb
Jumlah berkurang disebut anemia
Normal laki-laki 13,0 mg%,perempuan 11,5 mg%
Leukosit
Bentuk dapat berubah-ubah
Dapat bergerak dg pseudopodia
Warna bening
6000-9000/mm3
Berfungsi sbg pembunuh kuman dan pengangkut zat lemak
Terdapat dalam darah dan jaringan tubuh
Normal 6000/mm3 – 10.000/mm3
Bila lebih lekositisis,kurang lekopeni
Leukosit agranulosit
Limfosit
diproduksi o/ RES dan kelenjar limfe
bentuk besar dan kecil
Sitoplasma bergranula dan inti besar
berfungsi membunuh dan memakan kuman
jumlah 20-25%
Monosit
Diproduksi di sumsum tulang
Protoplasma lebar
Berwarna abu2 dg bintik kemerahan
Inti sel bulat dan panjang warna lembayung muda
jumlah 34%

Leukosit granulosit
Neutrofil
inti sel berangkai
Protoplasma bergranula
Eosinofil
Bentuk hampir sama dg neutrofil
Granula lebih besar
Basofil
lebih kecil dari eosinofil
inti teratur,bergranula besar
Tombosit
Benda kecil,mati dg berbagai bentuk dan ukuran
Bentuk bulat dan lonjong
Warna putih
Normal 200.000-300.000/mm3
Lebih trombositosis,kurang trombositopeni
Berfungsi palam pembekuan darah
Plasma darah
Bagian darah encer tanpa sel darah
Warna bening kekuningan
Untuk mencegah beku,ditambah sitras natrikus
Tanpa fibrinogen disebut serum

Kandungan plasma
Fibrinogen
Garam mineral
Protein darah
Zat makanan
Hormon
Antibodi/antitoksin
Golongan darah
Gol A,aglutinogen A dan aglutinin beta
Gol B,aglutinogen B dan aglutinin alfa
Gol AB, aglutinogen AB dan tidak aglutinin alfa & beta
Gol O, tidak aglutinogen dan aglutinin alfa & beta

Sroke

STROKE HEMORAGIK dan STROKE NON-HEMORAGIK
Oleh:Firman Galuh Arisandy
ABSTRAK
Hakekat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. oleh karena itu perlu adanya pemerataan-pemerataan pembangunan di segala bidang, termasuk diantaranya di bidang kesehatan. Indonesia sehat tahun 2010 ,merupakan gambaran keadaan m Berdasarkan etiologinya stroke diklasifikasikan menjadi dua yaitu Stroke Haemoragik dan Stroke Non Haemoragik (Sidharta, 2000). Stroke hemoragik yaitu suatu kerusakan pembuluh darah otak, sehingga menyebabkan perdarahan pada area tersebut. Hal ini menyebabkan gangguan fungsi saraf (Haryono, 2002). Stroke Non Haemoragik yaitu gangguan fungsi saraf yang disebabkan oleh tersumbatnya pembuluh darah otak sehingga distribusi oksigen dan nutrisi ke area yang mendapat suplai terganggu (Osamulia, 1996).
Stroke Non Haemoragik secara patogenesis disebabkan oleh: (1) karena trombosis di arteri karotis interna secara langsung masuk ke dalam arteri serebri media atau anterior (trombotik stroke), (2) karena emboli yang berasal dari jantung (emboli stroke), (3) karena hipoksia yang timbul karena hipotensi dan perfusi yang kurang (Osamulia, 1996).
Adapun faktor-faktor resiko yang menjadikan seseorang menjadi mudah terserang stroke, yang tidak dapat diubah : usia, jenis kelamin pria, ras, riwat keluarga, riwayat TIA atau stroke, penyakit jantung koroner, fibrilasi atrium, dan heterozigot atau homozigot untuk homosisturia. Sedangkan faktor resiko yang dapat diubah : hipertensi, diabetes melitus, merokok, penyalahgunaan alkohol dan obat, kontrasepsi oral, hemotokrit meningkat, bruit karotis asimtomatis, hiperurismia dan dislipidemia (Mansjor, 2000).

A. LATAR BELAKANG MASALAH
Fisioterapi sebagai salah satu tenaga kesehatan berperan dalam memelihara, meningkatkan dan memperbaiki kemampuan gerak dan fungsi. Beberapa kasus yang mengalami gangguan gerak dan fungsi ini diantaranya adalah stroke.
Stroke merupakan satu masalah kesehatan yang besar dalam kehidupan modern saat ini. Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terjadi 500.000 penduduk terkena serangan stroke, sekitar 2,5 % atau 125.000 orang meninggal, dan sisanya cacat ringan maupun berat. Jumlah penderita stroke cenderung terus meningkat setiap tahun, bukan hanya menyerang penduduk usia tua, tetapi juga dialami oleh mereka yang berusia muda dan produktif. Stroke dapat menyerang setiap usia, namun yang sering terjadi pada usia di atas 40 tahun. Angka kejadian stroke meningkat dengan bertambahnya usia, makin tinggi usia seseorang, makin tinggi kemungkinan terkena serangan stroke (Yayasan Stroke Indonesia, 2006).
Di Indonesia, belum ada data epidemologis stroke yang lengkap, tetapi proporsi penderita stroke dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Hal ini terlihat dari laporan survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes RI di berbagai rumah sakit di 27 provinsi di Indonesia. Hasil survei itu menunjukkan terjadinya peningkatan antara 1984 sampai 1986, dari 0,72 per 100 penderita pada1984 menjadi 0,89 per 100 penderita pada 1986. Di RSU Banyumas, pada 1997 pasien stroke yang rawat inap sebanyak 255 orang, pada 1998 sebnyak 298 orang, pada 1999 sebanyak 393 orang, dan pada 2000 sebanyak 459 orang (Hariyono, 2006).
Stroke atau cerebrovascular accident, merupakan penyebab invaliditas yang paling sering pada golongan umur diatas 45 tahun Di negara industri stroke merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan keganasan (Lumbantombing, 1984).
Stroke adalah serangan di otak yang timbulnya mendadak akibat tersumbat atau pecahnya pembuluh darah otak sehingga menyebabkan sel-sel otak tertentu kekurangan darah, oksigen atau zat-zat makanan dan akhirnya dapat terjadi kematian sel-sel tersebut dalam waktu yang sangat singkat (Yayasan Stroke Indonesia, 2006).
Berdasarkan etiologinya stroke dibagi menjadi dua, yaitu : (1) Stroke Non Hemoragik adalah gangguan peredaran darah pada otak yang dapat berupa penyumbatan pembuluh darah arteri, sehingga menimbulkan infark/ iskemik. Umumnya terjadi pada saat penderita istirahat. Tidak terjadi perdarahan dan kesadaran umumnya baik. (2) Stroke Hemoragik yaitu pecahnya dinding pembuluh darah, sehingga terjadi perdarahan di otak. Umumnya terjadi pada saat pasien melakukan aktivitas. Terjadi perdarahan dan penurunan kesadaran bersifat nyata (Yayasan Stroke Indonesia, 2006).
Dilihat dari aspek fisioterapi, gangguan yang timbul pada penderita stroke stadium akut menimbulkan beberapa tingkat gangguan, yaitu “impairment ” yang berupa flacciditas dan hilangnya sensibilitas separo tubuh. Adanya “functional limititation” yaitu seperti menurunnya kemampuan untuk menggerakan anggota gerak atas tubuh misalnya tangan dan tungkai untuk aktifitas fungsional seperti aktifitas untuk makan, minum, menyisir rambut, menggosok gigi, mengambil sesuatu, dan aktifitas tungkai misalnya untuk jongkok, berdiri, berjalan, menendang. Dan pada tingkat “disability” yaitu ketidakmampuan dalam melakukan aktifitas yang bersifat sosial misalnya pergi beribadah, kerja bakti, rapat desa, yang sampai pada tingkat kecacatan. Pada penderita stroke ini akan mengalami gangguan dan keterbatasan dalam hal aktivitas sehari-hari (AKS), aktifitas perawatan diri (APD), dan kemampuan transfer dan ambulasi.
Pendekatan fisioterapi yang dapat diberikan pada penderita stroke stadium akut salah satunya adalah pemberian terapi latihan secara bertahap dan disesuaikan dengan kemampuan pasien. Sedangkan tehnik-tehnik latihan yang dapat diberikan pada penderita stroke stadium akut antar lain adalah : (1) Breathing exercise pada pasien tidur terlentang yang bertujuan untuk mencegah terjadinya komplikasi pada sistem pernafasan. (2) Positioning untuk mencegah timbulnya spastisitas dan pola sinergis. (3) Mobilisasi dini dengan latihan pasif dan aktif yang bertujuan untuk mencegah terjadinya ganguan pada mobilitas persendian yang diakibatkan oleh kontraktur dan perlengketan jaringan dan mempercepat kemampuan gerak dan fungsi yang dapat mengakibatkan peningkatan kemampuan fungsional pasca stroke stadium akut.


B. RUMUSAN MASALAH
Hal yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:
Apakah stroke hemoragik dan stroke non- hemoragik itu?
Faktor apa saja yang menyebabkan seseorang menjadi rentan terhadap serangan stroke?
Apa tanda dan gejala umum pada stroke?
Bagaimana menanggulangi stroke dengan perawatan umum?
Apakah orang yang menderita stroke beresiko mengalami komplikasi lanjutan dan masalah-masalah yang berhubungan dengan kondisi medis pada umumnya?


C. PEMBAHASAN
Bencana peredaran darah di otak(BPDD) sering dikenal dengan nama stroke atau cerebrovascular accident,merupakan penyebab invaliditas yang paling pada golongan umur diatas 45 tahun. Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak progresif cepat, berupa defisit neurologis fokal dan atau global yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian dan semata-mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik (Mansjoer, 2000).
1. Stroke dibedakan menjadi dua jenis,yaitu stroke non-hemoragik dan stroke hemoragik.
a. stroke non-hemoragik
stroke non-henoragik terjadi karena penurunan aliran darah sampai di bawah titik kritis,sehingga terjadi gangguan fungsi pada sebagian jaringan otak.bila hal ini lebih berat dan berlangsung lebih lama dapat terjadi infark dan kematian.berkurangnya aliran darah ke otak dapat disebabkan oleh berbagai hal:misalnya thrombus, emboli yang menyumbat salah satu pembuluh darah, atau gagalnya pengaliran darah oleh sebab lain, misalnya kelainan jantung (fibrilasi, asistol).
Stroke non-hemoragik lebih sering dijumpai daripada yang hemoragik.diagnosis mudah ditegakan,yaitu timbulnya deficit neureologik secara mendadak(misalnya hemiparesis),dan kesadaran penderrita umumnya tidak menurun.pada stroke yang ringan, iskemia berlangsung singkat,deficit neurologik dapat pulih sempurna.bila pemulihan senpurna ini terjadi dalam jangka waktu 24 jam,disebut transient ischemic attack(TIA).Bila pulih sempurna terjadi setelah waktu 24 jam,disebut deficit neurologik iskemia yang reversible(reversible ischemic neurologic deficit atua RIND).Pada iskemia yang lebih berat atau berlangsung lama,terjadi deficit neurologik yang irreversible,yang menetap, dan merupakan cacat .
b. stroke hemoragik
Stroke hemoragik terjadi karena salah satu pembuluh darah di otak (aneurisma,mikroaneurisma,kelainan pembuluh darah congenital) pecah atau robek.Keadan penderita stroke hemoragik umumnya lebih parah .Kesadaran umumnya menurun.Mereka berada dalam keadaan somnolen, osmnolen, spoor, atau koma pada fase akut (www.cerminduniakedokteran.co.id).
2. faktor-faktor resiko rentan terhadap serangan stroke
Banyak faktor resiko yang dapat membuat seseorang yang menjadi rentan terhadap serangan stroke, secara garis besar faktor resiko itu dapat digolongkan menjadi dua, yaitu
Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol yaitu:
(1) Umur, semakin tua kejadian stroke semakin tinggi, (2) Ras / bangsa : Negro / Afrika, Jepang, dan Cina lebih sering terkena stroke, (3) Jenis kelamin, laki-laki lebih beresiko dibanding wanita, (4) Riwayat keluarga yang pernah mengalami stroke.
Faktor resiko yang dapat dikontrol
(1) Hipertensi, ( 2) Diabetes Millitus, (3) Merokok (4) Hiperlipidemia dan Kolesterol, (5) Obesitas, (6). Penggunaan obat – obatan yang mempengaruhi serebrovaskuler, seperti : amfetamin, kokain, dan sejenis.
3. Tanda dan Gejala Klinis
Tanda dan gejala yang ditimbulkan sangat bervariasi tergantung dari topis dan derajat beratnya lesi. Akan tetapi tanda dan gejala yang dijumpai pada penderita post stroke secara umum yaitu :
a. Gangguan Motorik
Gangguan motorik yang terjadi yaitu : (1) tonus abnormal, baik hipo/ hipertonus, (2) penurunan kekuatan otot, (3) gangguan gerak volunter, (4) gangguan keseimbangan, (5) gangguan koordinasi, (6) gangguan ketahanan.
b. Gangguan Sensorik
Gangguan sensorik yang ditimbulkan adalah : (1) gangguan propioreseptik, (2) gangguan kinestetik, (3) gangguan diskriminatif.





c. Gangguan kognitif, memori dan atensi.
Pada gangguan kognitif ini akan terlihat adanya gangguan pada atensi, memori, inisiatif, daya perencanaan dan fleksibilitas, abstraksi insight menurun, dan cara penyelesaian suatu masalah (Nugrahati, 1992).
d. Gangguan kemampuan fungsional
Gangguan kemampuan fungsional yang ditimbulkan pada pasien stroke meliputi gangguan aktifitas mandi, makan, berpakaian, pergi ke toilet, transfer ambulasi, blader dan bowel.
4. Komplikasi
Pasien yang telah menderita stroke beresiko mengalami komplikasi lanjut yang terjadi akibat imobilitas, serta masalah – masalah yang berhubungan dengan kondisi medis umumnya (Garison, 2001). Komplikasi yang ditimbulkan jika kita lihat dari pada pernafasan seperti pneumonia, subluksasi sendi bahu, trombosis vena profunda, shoulder hand syndrome, spastisitas, ulcer decubitus
1. Pneumonia
Salah satu masalah yang paling serius dari stroke adalah radang paru-paru/ pneumonia. Itu dibuktikan pada penelitian yang telah menemukan bahwa dari 58 % kematian pasien stroke penyebab utamanya adalah radang paru-paru (Bakke, 2001).
2. Subluksasi sendi bahu
Subluksasi sendi bahu yang terjadi akibat adanya gangguan faktor biomekanik stabilitas sendi bahu karena kelemahan otot rotator cuff mengakibatkan perlindungan terhadap sendi bahu tidak ada (Garison, 2001;Agus Sujono, 1992).
3. Trombosis vena profunda
Kira–kira 30 %-50 % pasien stroke menderita trombosis vena profunda pada deep vein trombosis (DVT) pada tungkai. Resiko terjadinya emboli paru dengan DVT kurang lebih 10 % pada pasien stroke. Hal ini disebabkan thrombus dari pembuluh darah balik terlepas membentuk emboli, bersama darah menuju keparu-paru sehingga terjadilah emboli paru (Garison, 2001).
4. Shoulder hand syndrome
Shoulder Hand syndrome/ sindroma tangan bahu merupakan suatu bentuk komplikasi pasca stroke yang telah dikenal secara baik walaupun kondisi ini jarang ditemui pada pasien pasca stroke.Gejala ini ditandai dengan adanya nyeri pada gerak aktif dan pasif pada bahu yang terkena, diikuti nyeri pada gerakan ekstensi pergelangan tangan dan bengkak pada pergelangan tangan dan tangan (Garison, 2001;Agus Sujono, 1992) .
5. Spastisitas
Spastisitas terjadi karena pengaruh hambatan kortikal dimana terjadi peningkatan tonus lebih tinggi dari normal karena terputusnya aktifitas strech reflek karena hilangnya kontra supra spinal (sistem ekstrapiramidalis) (Garison, 2001).
6. Ulcer decubitus
Ulcer decubitus terjadi karena gangguan sensoris sehingga tidak merasakan adanya tekanan pada daerah yang menonjol pada tubuh yang kontak langsung dengan bed dalam waktu lama, pembuluh darah tertekan, dan terjadilah nekrosis pada daerah yang tertekan.
5. Penanggulangan Stroke
Penanggulangan stroke dapat dilakukan dengan cara perawatan umum,yaitu:
a. Memonitor dan bila perlu memperbaiki fungsi pernapasan, tekanan darah, dan jantung.
b. Mengusahakan keadaan metabolisme yang optimal, memperhatikan kebutuhan akan cairan, kalori, dan elektrolit.
c. Memperhatikan fungsi miksi dan defekasi
d .Mencegah terjadinya dekubitus,pneumonia ortostatik
e,Melakukan rehabilitasi

D. KESIMPULAN
stroke atau bencana peredaran darah di otak merupakan penyebab kematian ke-dua yang paling lazim di dunia.Walaupun didapatkan kemajuan pesat dalam bidang diagnostic serta pemahaman patofisiologi pada stroke,namun dalam bidang pengobatan kemajuannya sangat lambat sehingga perlu ditingkatkan.
Stroke apabila sudah terjadi infark (pendarahan otak) maka pengaruh obat-obatan tidak banyak artinya, agar dapat tercapai hidup yang sehat dengan kecil kemungkinan terkena serangan stroke maka apabila factor resiko dapat ditanggulangi dengan baik, kemungkinan mendapatkan stroke dapat dikurangi




DAFTAR PUSAKA


Departemen kesehatan RI (1992). Undang – Undang RI no.23 tahun 1992 tentang kesehatan. Jakarta : DepKes RI.

Prasetya hudaya (2003). Patologi Umum. Politeknik Keseshatan Suarkarta Jurusan fisioterapi.

Sri Mardiman, dkk 92001). Modulasi Nyeri dan mekanisme Pengurangan Nyrei dengan Modalitas Fisioterapi : Makalah Penatalaksanaan fisioterapi Komprehensif Pada Nyeri. Akademi fisioterapi surakarta DEPKES dan sasana Husada Pro fisio.
STROKE HEMORAGIK dan STROKE NON-HEMORAGIK
Oleh:Firman Galuh Arisandy
ABSTRAK
Hakekat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. oleh karena itu perlu adanya pemerataan-pemerataan pembangunan di segala bidang, termasuk diantaranya di bidang kesehatan. Indonesia sehat tahun 2010 ,merupakan gambaran keadaan m Berdasarkan etiologinya stroke diklasifikasikan menjadi dua yaitu Stroke Haemoragik dan Stroke Non Haemoragik (Sidharta, 2000). Stroke hemoragik yaitu suatu kerusakan pembuluh darah otak, sehingga menyebabkan perdarahan pada area tersebut. Hal ini menyebabkan gangguan fungsi saraf (Haryono, 2002). Stroke Non Haemoragik yaitu gangguan fungsi saraf yang disebabkan oleh tersumbatnya pembuluh darah otak sehingga distribusi oksigen dan nutrisi ke area yang mendapat suplai terganggu (Osamulia, 1996).
Stroke Non Haemoragik secara patogenesis disebabkan oleh: (1) karena trombosis di arteri karotis interna secara langsung masuk ke dalam arteri serebri media atau anterior (trombotik stroke), (2) karena emboli yang berasal dari jantung (emboli stroke), (3) karena hipoksia yang timbul karena hipotensi dan perfusi yang kurang (Osamulia, 1996).
Adapun faktor-faktor resiko yang menjadikan seseorang menjadi mudah terserang stroke, yang tidak dapat diubah : usia, jenis kelamin pria, ras, riwat keluarga, riwayat TIA atau stroke, penyakit jantung koroner, fibrilasi atrium, dan heterozigot atau homozigot untuk homosisturia. Sedangkan faktor resiko yang dapat diubah : hipertensi, diabetes melitus, merokok, penyalahgunaan alkohol dan obat, kontrasepsi oral, hemotokrit meningkat, bruit karotis asimtomatis, hiperurismia dan dislipidemia (Mansjor, 2000).














A. LATAR BELAKANG MASALAH
Fisioterapi sebagai salah satu tenaga kesehatan berperan dalam memelihara, meningkatkan dan memperbaiki kemampuan gerak dan fungsi. Beberapa kasus yang mengalami gangguan gerak dan fungsi ini diantaranya adalah stroke.
Stroke merupakan satu masalah kesehatan yang besar dalam kehidupan modern saat ini. Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terjadi 500.000 penduduk terkena serangan stroke, sekitar 2,5 % atau 125.000 orang meninggal, dan sisanya cacat ringan maupun berat. Jumlah penderita stroke cenderung terus meningkat setiap tahun, bukan hanya menyerang penduduk usia tua, tetapi juga dialami oleh mereka yang berusia muda dan produktif. Stroke dapat menyerang setiap usia, namun yang sering terjadi pada usia di atas 40 tahun. Angka kejadian stroke meningkat dengan bertambahnya usia, makin tinggi usia seseorang, makin tinggi kemungkinan terkena serangan stroke (Yayasan Stroke Indonesia, 2006).
Di Indonesia, belum ada data epidemologis stroke yang lengkap, tetapi proporsi penderita stroke dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Hal ini terlihat dari laporan survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes RI di berbagai rumah sakit di 27 provinsi di Indonesia. Hasil survei itu menunjukkan terjadinya peningkatan antara 1984 sampai 1986, dari 0,72 per 100 penderita pada1984 menjadi 0,89 per 100 penderita pada 1986. Di RSU Banyumas, pada 1997 pasien stroke yang rawat inap sebanyak 255 orang, pada 1998 sebnyak 298 orang, pada 1999 sebanyak 393 orang, dan pada 2000 sebanyak 459 orang (Hariyono, 2006).
Stroke atau cerebrovascular accident, merupakan penyebab invaliditas yang paling sering pada golongan umur diatas 45 tahun Di negara industri stroke merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan keganasan (Lumbantombing, 1984).
Stroke adalah serangan di otak yang timbulnya mendadak akibat tersumbat atau pecahnya pembuluh darah otak sehingga menyebabkan sel-sel otak tertentu kekurangan darah, oksigen atau zat-zat makanan dan akhirnya dapat terjadi kematian sel-sel tersebut dalam waktu yang sangat singkat (Yayasan Stroke Indonesia, 2006).
Berdasarkan etiologinya stroke dibagi menjadi dua, yaitu : (1) Stroke Non Hemoragik adalah gangguan peredaran darah pada otak yang dapat berupa penyumbatan pembuluh darah arteri, sehingga menimbulkan infark/ iskemik. Umumnya terjadi pada saat penderita istirahat. Tidak terjadi perdarahan dan kesadaran umumnya baik. (2) Stroke Hemoragik yaitu pecahnya dinding pembuluh darah, sehingga terjadi perdarahan di otak. Umumnya terjadi pada saat pasien melakukan aktivitas. Terjadi perdarahan dan penurunan kesadaran bersifat nyata (Yayasan Stroke Indonesia, 2006).
Dilihat dari aspek fisioterapi, gangguan yang timbul pada penderita stroke stadium akut menimbulkan beberapa tingkat gangguan, yaitu “impairment ” yang berupa flacciditas dan hilangnya sensibilitas separo tubuh. Adanya “functional limititation” yaitu seperti menurunnya kemampuan untuk menggerakan anggota gerak atas tubuh misalnya tangan dan tungkai untuk aktifitas fungsional seperti aktifitas untuk makan, minum, menyisir rambut, menggosok gigi, mengambil sesuatu, dan aktifitas tungkai misalnya untuk jongkok, berdiri, berjalan, menendang. Dan pada tingkat “disability” yaitu ketidakmampuan dalam melakukan aktifitas yang bersifat sosial misalnya pergi beribadah, kerja bakti, rapat desa, yang sampai pada tingkat kecacatan. Pada penderita stroke ini akan mengalami gangguan dan keterbatasan dalam hal aktivitas sehari-hari (AKS), aktifitas perawatan diri (APD), dan kemampuan transfer dan ambulasi.
Pendekatan fisioterapi yang dapat diberikan pada penderita stroke stadium akut salah satunya adalah pemberian terapi latihan secara bertahap dan disesuaikan dengan kemampuan pasien. Sedangkan tehnik-tehnik latihan yang dapat diberikan pada penderita stroke stadium akut antar lain adalah : (1) Breathing exercise pada pasien tidur terlentang yang bertujuan untuk mencegah terjadinya komplikasi pada sistem pernafasan. (2) Positioning untuk mencegah timbulnya spastisitas dan pola sinergis. (3) Mobilisasi dini dengan latihan pasif dan aktif yang bertujuan untuk mencegah terjadinya ganguan pada mobilitas persendian yang diakibatkan oleh kontraktur dan perlengketan jaringan dan mempercepat kemampuan gerak dan fungsi yang dapat mengakibatkan peningkatan kemampuan fungsional pasca stroke stadium akut.


B. RUMUSAN MASALAH
Hal yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:
Apakah stroke hemoragik dan stroke non- hemoragik itu?
Faktor apa saja yang menyebabkan seseorang menjadi rentan terhadap serangan stroke?
Apa tanda dan gejala umum pada stroke?
Bagaimana menanggulangi stroke dengan perawatan umum?
Apakah orang yang menderita stroke beresiko mengalami komplikasi lanjutan dan masalah-masalah yang berhubungan dengan kondisi medis pada umumnya?


C. PEMBAHASAN
Bencana peredaran darah di otak(BPDD) sering dikenal dengan nama stroke atau cerebrovascular accident,merupakan penyebab invaliditas yang paling pada golongan umur diatas 45 tahun. Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak progresif cepat, berupa defisit neurologis fokal dan atau global yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian dan semata-mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik (Mansjoer, 2000).
1. Stroke dibedakan menjadi dua jenis,yaitu stroke non-hemoragik dan stroke hemoragik.
a. stroke non-hemoragik
stroke non-henoragik terjadi karena penurunan aliran darah sampai di bawah titik kritis,sehingga terjadi gangguan fungsi pada sebagian jaringan otak.bila hal ini lebih berat dan berlangsung lebih lama dapat terjadi infark dan kematian.berkurangnya aliran darah ke otak dapat disebabkan oleh berbagai hal:misalnya thrombus, emboli yang menyumbat salah satu pembuluh darah, atau gagalnya pengaliran darah oleh sebab lain, misalnya kelainan jantung (fibrilasi, asistol).
Stroke non-hemoragik lebih sering dijumpai daripada yang hemoragik.diagnosis mudah ditegakan,yaitu timbulnya deficit neureologik secara mendadak(misalnya hemiparesis),dan kesadaran penderrita umumnya tidak menurun.pada stroke yang ringan, iskemia berlangsung singkat,deficit neurologik dapat pulih sempurna.bila pemulihan senpurna ini terjadi dalam jangka waktu 24 jam,disebut transient ischemic attack(TIA).Bila pulih sempurna terjadi setelah waktu 24 jam,disebut deficit neurologik iskemia yang reversible(reversible ischemic neurologic deficit atua RIND).Pada iskemia yang lebih berat atau berlangsung lama,terjadi deficit neurologik yang irreversible,yang menetap, dan merupakan cacat .
b. stroke hemoragik
Stroke hemoragik terjadi karena salah satu pembuluh darah di otak (aneurisma,mikroaneurisma,kelainan pembuluh darah congenital) pecah atau robek.Keadan penderita stroke hemoragik umumnya lebih parah .Kesadaran umumnya menurun.Mereka berada dalam keadaan somnolen, osmnolen, spoor, atau koma pada fase akut (www.cerminduniakedokteran.co.id).
2. faktor-faktor resiko rentan terhadap serangan stroke
Banyak faktor resiko yang dapat membuat seseorang yang menjadi rentan terhadap serangan stroke, secara garis besar faktor resiko itu dapat digolongkan menjadi dua, yaitu
Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol yaitu:
(1) Umur, semakin tua kejadian stroke semakin tinggi, (2) Ras / bangsa : Negro / Afrika, Jepang, dan Cina lebih sering terkena stroke, (3) Jenis kelamin, laki-laki lebih beresiko dibanding wanita, (4) Riwayat keluarga yang pernah mengalami stroke.
Faktor resiko yang dapat dikontrol
(1) Hipertensi, ( 2) Diabetes Millitus, (3) Merokok (4) Hiperlipidemia dan Kolesterol, (5) Obesitas, (6). Penggunaan obat – obatan yang mempengaruhi serebrovaskuler, seperti : amfetamin, kokain, dan sejenis.
3. Tanda dan Gejala Klinis
Tanda dan gejala yang ditimbulkan sangat bervariasi tergantung dari topis dan derajat beratnya lesi. Akan tetapi tanda dan gejala yang dijumpai pada penderita post stroke secara umum yaitu :
a. Gangguan Motorik
Gangguan motorik yang terjadi yaitu : (1) tonus abnormal, baik hipo/ hipertonus, (2) penurunan kekuatan otot, (3) gangguan gerak volunter, (4) gangguan keseimbangan, (5) gangguan koordinasi, (6) gangguan ketahanan.
b. Gangguan Sensorik
Gangguan sensorik yang ditimbulkan adalah : (1) gangguan propioreseptik, (2) gangguan kinestetik, (3) gangguan diskriminatif.





c. Gangguan kognitif, memori dan atensi.
Pada gangguan kognitif ini akan terlihat adanya gangguan pada atensi, memori, inisiatif, daya perencanaan dan fleksibilitas, abstraksi insight menurun, dan cara penyelesaian suatu masalah (Nugrahati, 1992).
d. Gangguan kemampuan fungsional
Gangguan kemampuan fungsional yang ditimbulkan pada pasien stroke meliputi gangguan aktifitas mandi, makan, berpakaian, pergi ke toilet, transfer ambulasi, blader dan bowel.
4. Komplikasi
Pasien yang telah menderita stroke beresiko mengalami komplikasi lanjut yang terjadi akibat imobilitas, serta masalah – masalah yang berhubungan dengan kondisi medis umumnya (Garison, 2001). Komplikasi yang ditimbulkan jika kita lihat dari pada pernafasan seperti pneumonia, subluksasi sendi bahu, trombosis vena profunda, shoulder hand syndrome, spastisitas, ulcer decubitus
1. Pneumonia
Salah satu masalah yang paling serius dari stroke adalah radang paru-paru/ pneumonia. Itu dibuktikan pada penelitian yang telah menemukan bahwa dari 58 % kematian pasien stroke penyebab utamanya adalah radang paru-paru (Bakke, 2001).
2. Subluksasi sendi bahu
Subluksasi sendi bahu yang terjadi akibat adanya gangguan faktor biomekanik stabilitas sendi bahu karena kelemahan otot rotator cuff mengakibatkan perlindungan terhadap sendi bahu tidak ada (Garison, 2001;Agus Sujono, 1992).
3. Trombosis vena profunda
Kira–kira 30 %-50 % pasien stroke menderita trombosis vena profunda pada deep vein trombosis (DVT) pada tungkai. Resiko terjadinya emboli paru dengan DVT kurang lebih 10 % pada pasien stroke. Hal ini disebabkan thrombus dari pembuluh darah balik terlepas membentuk emboli, bersama darah menuju keparu-paru sehingga terjadilah emboli paru (Garison, 2001).
4. Shoulder hand syndrome
Shoulder Hand syndrome/ sindroma tangan bahu merupakan suatu bentuk komplikasi pasca stroke yang telah dikenal secara baik walaupun kondisi ini jarang ditemui pada pasien pasca stroke.Gejala ini ditandai dengan adanya nyeri pada gerak aktif dan pasif pada bahu yang terkena, diikuti nyeri pada gerakan ekstensi pergelangan tangan dan bengkak pada pergelangan tangan dan tangan (Garison, 2001;Agus Sujono, 1992) .
5. Spastisitas
Spastisitas terjadi karena pengaruh hambatan kortikal dimana terjadi peningkatan tonus lebih tinggi dari normal karena terputusnya aktifitas strech reflek karena hilangnya kontra supra spinal (sistem ekstrapiramidalis) (Garison, 2001).
6. Ulcer decubitus
Ulcer decubitus terjadi karena gangguan sensoris sehingga tidak merasakan adanya tekanan pada daerah yang menonjol pada tubuh yang kontak langsung dengan bed dalam waktu lama, pembuluh darah tertekan, dan terjadilah nekrosis pada daerah yang tertekan.
5. Penanggulangan Stroke
Penanggulangan stroke dapat dilakukan dengan cara perawatan umum,yaitu:
a. Memonitor dan bila perlu memperbaiki fungsi pernapasan, tekanan darah, dan jantung.
b. Mengusahakan keadaan metabolisme yang optimal, memperhatikan kebutuhan akan cairan, kalori, dan elektrolit.
c. Memperhatikan fungsi miksi dan defekasi
d .Mencegah terjadinya dekubitus,pneumonia ortostatik
e,Melakukan rehabilitasi

D. KESIMPULAN
stroke atau bencana peredaran darah di otak merupakan penyebab kematian ke-dua yang paling lazim di dunia.Walaupun didapatkan kemajuan pesat dalam bidang diagnostic serta pemahaman patofisiologi pada stroke,namun dalam bidang pengobatan kemajuannya sangat lambat sehingga perlu ditingkatkan.
Stroke apabila sudah terjadi infark (pendarahan otak) maka pengaruh obat-obatan tidak banyak artinya, agar dapat tercapai hidup yang sehat dengan kecil kemungkinan terkena serangan stroke maka apabila factor resiko dapat ditanggulangi dengan baik, kemungkinan mendapatkan stroke dapat dikurangi




DAFTAR PUSAKA


Departemen kesehatan RI (1992). Undang – Undang RI no.23 tahun 1992 tentang kesehatan. Jakarta : DepKes RI.

Prasetya hudaya (2003). Patologi Umum. Politeknik Keseshatan Suarkarta Jurusan fisioterapi.

Sri Mardiman, dkk 92001). Modulasi Nyeri dan mekanisme Pengurangan Nyrei dengan Modalitas Fisioterapi : Makalah Penatalaksanaan fisioterapi Komprehensif Pada Nyeri. Akademi fisioterapi surakarta DEPKES dan sasana Husada Pro fisio.
STROKE HEMORAGIK dan STROKE NON-HEMORAGIK
Oleh:Firman Galuh Arisandy

ABSTRAK
Hakekat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. oleh karena itu perlu adanya pemerataan-pemerataan pembangunan di segala bidang, termasuk diantaranya di bidang kesehatan. Indonesia sehat tahun 2010 ,merupakan gambaran keadaan m Berdasarkan etiologinya stroke diklasifikasikan menjadi dua yaitu Stroke Haemoragik dan Stroke Non Haemoragik (Sidharta, 2000). Stroke hemoragik yaitu suatu kerusakan pembuluh darah otak, sehingga menyebabkan perdarahan pada area tersebut. Hal ini menyebabkan gangguan fungsi saraf (Haryono, 2002). Stroke Non Haemoragik yaitu gangguan fungsi saraf yang disebabkan oleh tersumbatnya pembuluh darah otak sehingga distribusi oksigen dan nutrisi ke area yang mendapat suplai terganggu (Osamulia, 1996).
Stroke Non Haemoragik secara patogenesis disebabkan oleh: (1) karena trombosis di arteri karotis interna secara langsung masuk ke dalam arteri serebri media atau anterior (trombotik stroke), (2) karena emboli yang berasal dari jantung (emboli stroke), (3) karena hipoksia yang timbul karena hipotensi dan perfusi yang kurang (Osamulia, 1996).
Adapun faktor-faktor resiko yang menjadikan seseorang menjadi mudah terserang stroke, yang tidak dapat diubah : usia, jenis kelamin pria, ras, riwat keluarga, riwayat TIA atau stroke, penyakit jantung koroner, fibrilasi atrium, dan heterozigot atau homozigot untuk homosisturia. Sedangkan faktor resiko yang dapat diubah : hipertensi, diabetes melitus, merokok, penyalahgunaan alkohol dan obat, kontrasepsi oral, hemotokrit meningkat, bruit karotis asimtomatis, hiperurismia dan dislipidemia (Mansjor, 2000).














A. LATAR BELAKANG MASALAH
Fisioterapi sebagai salah satu tenaga kesehatan berperan dalam memelihara, meningkatkan dan memperbaiki kemampuan gerak dan fungsi. Beberapa kasus yang mengalami gangguan gerak dan fungsi ini diantaranya adalah stroke.
Stroke merupakan satu masalah kesehatan yang besar dalam kehidupan modern saat ini. Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terjadi 500.000 penduduk terkena serangan stroke, sekitar 2,5 % atau 125.000 orang meninggal, dan sisanya cacat ringan maupun berat. Jumlah penderita stroke cenderung terus meningkat setiap tahun, bukan hanya menyerang penduduk usia tua, tetapi juga dialami oleh mereka yang berusia muda dan produktif. Stroke dapat menyerang setiap usia, namun yang sering terjadi pada usia di atas 40 tahun. Angka kejadian stroke meningkat dengan bertambahnya usia, makin tinggi usia seseorang, makin tinggi kemungkinan terkena serangan stroke (Yayasan Stroke Indonesia, 2006).
Di Indonesia, belum ada data epidemologis stroke yang lengkap, tetapi proporsi penderita stroke dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Hal ini terlihat dari laporan survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes RI di berbagai rumah sakit di 27 provinsi di Indonesia. Hasil survei itu menunjukkan terjadinya peningkatan antara 1984 sampai 1986, dari 0,72 per 100 penderita pada1984 menjadi 0,89 per 100 penderita pada 1986. Di RSU Banyumas, pada 1997 pasien stroke yang rawat inap sebanyak 255 orang, pada 1998 sebnyak 298 orang, pada 1999 sebanyak 393 orang, dan pada 2000 sebanyak 459 orang (Hariyono, 2006).
Stroke atau cerebrovascular accident, merupakan penyebab invaliditas yang paling sering pada golongan umur diatas 45 tahun Di negara industri stroke merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan keganasan (Lumbantombing, 1984).
Stroke adalah serangan di otak yang timbulnya mendadak akibat tersumbat atau pecahnya pembuluh darah otak sehingga menyebabkan sel-sel otak tertentu kekurangan darah, oksigen atau zat-zat makanan dan akhirnya dapat terjadi kematian sel-sel tersebut dalam waktu yang sangat singkat (Yayasan Stroke Indonesia, 2006).
Berdasarkan etiologinya stroke dibagi menjadi dua, yaitu : (1) Stroke Non Hemoragik adalah gangguan peredaran darah pada otak yang dapat berupa penyumbatan pembuluh darah arteri, sehingga menimbulkan infark/ iskemik. Umumnya terjadi pada saat penderita istirahat. Tidak terjadi perdarahan dan kesadaran umumnya baik. (2) Stroke Hemoragik yaitu pecahnya dinding pembuluh darah, sehingga terjadi perdarahan di otak. Umumnya terjadi pada saat pasien melakukan aktivitas. Terjadi perdarahan dan penurunan kesadaran bersifat nyata (Yayasan Stroke Indonesia, 2006).
Dilihat dari aspek fisioterapi, gangguan yang timbul pada penderita stroke stadium akut menimbulkan beberapa tingkat gangguan, yaitu “impairment ” yang berupa flacciditas dan hilangnya sensibilitas separo tubuh. Adanya “functional limititation” yaitu seperti menurunnya kemampuan untuk menggerakan anggota gerak atas tubuh misalnya tangan dan tungkai untuk aktifitas fungsional seperti aktifitas untuk makan, minum, menyisir rambut, menggosok gigi, mengambil sesuatu, dan aktifitas tungkai misalnya untuk jongkok, berdiri, berjalan, menendang. Dan pada tingkat “disability” yaitu ketidakmampuan dalam melakukan aktifitas yang bersifat sosial misalnya pergi beribadah, kerja bakti, rapat desa, yang sampai pada tingkat kecacatan. Pada penderita stroke ini akan mengalami gangguan dan keterbatasan dalam hal aktivitas sehari-hari (AKS), aktifitas perawatan diri (APD), dan kemampuan transfer dan ambulasi.
Pendekatan fisioterapi yang dapat diberikan pada penderita stroke stadium akut salah satunya adalah pemberian terapi latihan secara bertahap dan disesuaikan dengan kemampuan pasien. Sedangkan tehnik-tehnik latihan yang dapat diberikan pada penderita stroke stadium akut antar lain adalah : (1) Breathing exercise pada pasien tidur terlentang yang bertujuan untuk mencegah terjadinya komplikasi pada sistem pernafasan. (2) Positioning untuk mencegah timbulnya spastisitas dan pola sinergis. (3) Mobilisasi dini dengan latihan pasif dan aktif yang bertujuan untuk mencegah terjadinya ganguan pada mobilitas persendian yang diakibatkan oleh kontraktur dan perlengketan jaringan dan mempercepat kemampuan gerak dan fungsi yang dapat mengakibatkan peningkatan kemampuan fungsional pasca stroke stadium akut.


B. RUMUSAN MASALAH
Hal yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:
Apakah stroke hemoragik dan stroke non- hemoragik itu?
Faktor apa saja yang menyebabkan seseorang menjadi rentan terhadap serangan stroke?
Apa tanda dan gejala umum pada stroke?
Bagaimana menanggulangi stroke dengan perawatan umum?
Apakah orang yang menderita stroke beresiko mengalami komplikasi lanjutan dan masalah-masalah yang berhubungan dengan kondisi medis pada umumnya?


C. PEMBAHASAN
Bencana peredaran darah di otak(BPDD) sering dikenal dengan nama stroke atau cerebrovascular accident,merupakan penyebab invaliditas yang paling pada golongan umur diatas 45 tahun. Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak progresif cepat, berupa defisit neurologis fokal dan atau global yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian dan semata-mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik (Mansjoer, 2000).
1. Stroke dibedakan menjadi dua jenis,yaitu stroke non-hemoragik dan stroke hemoragik.
a. stroke non-hemoragik
stroke non-henoragik terjadi karena penurunan aliran darah sampai di bawah titik kritis,sehingga terjadi gangguan fungsi pada sebagian jaringan otak.bila hal ini lebih berat dan berlangsung lebih lama dapat terjadi infark dan kematian.berkurangnya aliran darah ke otak dapat disebabkan oleh berbagai hal:misalnya thrombus, emboli yang menyumbat salah satu pembuluh darah, atau gagalnya pengaliran darah oleh sebab lain, misalnya kelainan jantung (fibrilasi, asistol).
Stroke non-hemoragik lebih sering dijumpai daripada yang hemoragik.diagnosis mudah ditegakan,yaitu timbulnya deficit neureologik secara mendadak(misalnya hemiparesis),dan kesadaran penderrita umumnya tidak menurun.pada stroke yang ringan, iskemia berlangsung singkat,deficit neurologik dapat pulih sempurna.bila pemulihan senpurna ini terjadi dalam jangka waktu 24 jam,disebut transient ischemic attack(TIA).Bila pulih sempurna terjadi setelah waktu 24 jam,disebut deficit neurologik iskemia yang reversible(reversible ischemic neurologic deficit atua RIND).Pada iskemia yang lebih berat atau berlangsung lama,terjadi deficit neurologik yang irreversible,yang menetap, dan merupakan cacat .
b. stroke hemoragik
Stroke hemoragik terjadi karena salah satu pembuluh darah di otak (aneurisma,mikroaneurisma,kelainan pembuluh darah congenital) pecah atau robek.Keadan penderita stroke hemoragik umumnya lebih parah .Kesadaran umumnya menurun.Mereka berada dalam keadaan somnolen, osmnolen, spoor, atau koma pada fase akut (www.cerminduniakedokteran.co.id).
2. faktor-faktor resiko rentan terhadap serangan stroke
Banyak faktor resiko yang dapat membuat seseorang yang menjadi rentan terhadap serangan stroke, secara garis besar faktor resiko itu dapat digolongkan menjadi dua, yaitu
Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol yaitu:
(1) Umur, semakin tua kejadian stroke semakin tinggi, (2) Ras / bangsa : Negro / Afrika, Jepang, dan Cina lebih sering terkena stroke, (3) Jenis kelamin, laki-laki lebih beresiko dibanding wanita, (4) Riwayat keluarga yang pernah mengalami stroke.
Faktor resiko yang dapat dikontrol
(1) Hipertensi, ( 2) Diabetes Millitus, (3) Merokok (4) Hiperlipidemia dan Kolesterol, (5) Obesitas, (6). Penggunaan obat – obatan yang mempengaruhi serebrovaskuler, seperti : amfetamin, kokain, dan sejenis.
3. Tanda dan Gejala Klinis
Tanda dan gejala yang ditimbulkan sangat bervariasi tergantung dari topis dan derajat beratnya lesi. Akan tetapi tanda dan gejala yang dijumpai pada penderita post stroke secara umum yaitu :
a. Gangguan Motorik
Gangguan motorik yang terjadi yaitu : (1) tonus abnormal, baik hipo/ hipertonus, (2) penurunan kekuatan otot, (3) gangguan gerak volunter, (4) gangguan keseimbangan, (5) gangguan koordinasi, (6) gangguan ketahanan.
b. Gangguan Sensorik
Gangguan sensorik yang ditimbulkan adalah : (1) gangguan propioreseptik, (2) gangguan kinestetik, (3) gangguan diskriminatif.





c. Gangguan kognitif, memori dan atensi.
Pada gangguan kognitif ini akan terlihat adanya gangguan pada atensi, memori, inisiatif, daya perencanaan dan fleksibilitas, abstraksi insight menurun, dan cara penyelesaian suatu masalah (Nugrahati, 1992).
d. Gangguan kemampuan fungsional
Gangguan kemampuan fungsional yang ditimbulkan pada pasien stroke meliputi gangguan aktifitas mandi, makan, berpakaian, pergi ke toilet, transfer ambulasi, blader dan bowel.
4. Komplikasi
Pasien yang telah menderita stroke beresiko mengalami komplikasi lanjut yang terjadi akibat imobilitas, serta masalah – masalah yang berhubungan dengan kondisi medis umumnya (Garison, 2001). Komplikasi yang ditimbulkan jika kita lihat dari pada pernafasan seperti pneumonia, subluksasi sendi bahu, trombosis vena profunda, shoulder hand syndrome, spastisitas, ulcer decubitus
1. Pneumonia
Salah satu masalah yang paling serius dari stroke adalah radang paru-paru/ pneumonia. Itu dibuktikan pada penelitian yang telah menemukan bahwa dari 58 % kematian pasien stroke penyebab utamanya adalah radang paru-paru (Bakke, 2001).
2. Subluksasi sendi bahu
Subluksasi sendi bahu yang terjadi akibat adanya gangguan faktor biomekanik stabilitas sendi bahu karena kelemahan otot rotator cuff mengakibatkan perlindungan terhadap sendi bahu tidak ada (Garison, 2001;Agus Sujono, 1992).
3. Trombosis vena profunda
Kira–kira 30 %-50 % pasien stroke menderita trombosis vena profunda pada deep vein trombosis (DVT) pada tungkai. Resiko terjadinya emboli paru dengan DVT kurang lebih 10 % pada pasien stroke. Hal ini disebabkan thrombus dari pembuluh darah balik terlepas membentuk emboli, bersama darah menuju keparu-paru sehingga terjadilah emboli paru (Garison, 2001).
4. Shoulder hand syndrome
Shoulder Hand syndrome/ sindroma tangan bahu merupakan suatu bentuk komplikasi pasca stroke yang telah dikenal secara baik walaupun kondisi ini jarang ditemui pada pasien pasca stroke.Gejala ini ditandai dengan adanya nyeri pada gerak aktif dan pasif pada bahu yang terkena, diikuti nyeri pada gerakan ekstensi pergelangan tangan dan bengkak pada pergelangan tangan dan tangan (Garison, 2001;Agus Sujono, 1992) .
5. Spastisitas
Spastisitas terjadi karena pengaruh hambatan kortikal dimana terjadi peningkatan tonus lebih tinggi dari normal karena terputusnya aktifitas strech reflek karena hilangnya kontra supra spinal (sistem ekstrapiramidalis) (Garison, 2001).
6. Ulcer decubitus
Ulcer decubitus terjadi karena gangguan sensoris sehingga tidak merasakan adanya tekanan pada daerah yang menonjol pada tubuh yang kontak langsung dengan bed dalam waktu lama, pembuluh darah tertekan, dan terjadilah nekrosis pada daerah yang tertekan.
5. Penanggulangan Stroke
Penanggulangan stroke dapat dilakukan dengan cara perawatan umum,yaitu:
a. Memonitor dan bila perlu memperbaiki fungsi pernapasan, tekanan darah, dan jantung.
b. Mengusahakan keadaan metabolisme yang optimal, memperhatikan kebutuhan akan cairan, kalori, dan elektrolit.
c. Memperhatikan fungsi miksi dan defekasi
d .Mencegah terjadinya dekubitus,pneumonia ortostatik
e,Melakukan rehabilitasi

D. KESIMPULAN
stroke atau bencana peredaran darah di otak merupakan penyebab kematian ke-dua yang paling lazim di dunia.Walaupun didapatkan kemajuan pesat dalam bidang diagnostic serta pemahaman patofisiologi pada stroke,namun dalam bidang pengobatan kemajuannya sangat lambat sehingga perlu ditingkatkan.
Stroke apabila sudah terjadi infark (pendarahan otak) maka pengaruh obat-obatan tidak banyak artinya, agar dapat tercapai hidup yang sehat dengan kecil kemungkinan terkena serangan stroke maka apabila factor resiko dapat ditanggulangi dengan baik, kemungkinan mendapatkan stroke dapat dikurangi




DAFTAR PUSAKA


Departemen kesehatan RI (1992). Undang – Undang RI no.23 tahun 1992 tentang kesehatan. Jakarta : DepKes RI.

Prasetya hudaya (2003). Patologi Umum. Politeknik Keseshatan Suarkarta Jurusan fisioterapi.

Sri Mardiman, dkk 92001). Modulasi Nyeri dan mekanisme Pengurangan Nyrei dengan Modalitas Fisioterapi : Makalah Penatalaksanaan fisioterapi Komprehensif Pada Nyeri. Akademi fisioterapi surakarta DEPKES dan sasana Husada Pro fisio.